Senin, 05 Desember 2016

Makhluk Berketerbatasan, Semangat Berkelanjutan

Terdapat banyak hal yang harus kita sadari terkait apa – apa saja yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Tentang wujud fisik, bahwa tak satu pun makhlukNya diberi kesempurnaan fisik, bahkan seorang pangeran atau putri raja. Begitu juga tentang kemampuan atau skill, tak seorang pun pandai dalam semua hal, meskipun ia seorang nabi.

Dalam suatu acara reality show di televisi, diberitakan seorang anak terlahir hanya dengan satu kaki. Mungkin bagi sebagian orang, kekurangan fisik tersebut akan menghambat kehidupannya kelak. Ia tak akan mampu bekerja dengan maksimal, mentalnya tumbuh tak selayaknya, minder dengan kondisi fisik yang ia punyai. Bahkan sebagian lagi akan berpikir bahwa kelak ia akan menjadi pengemis di jalanan karena keterbatasan yang dipunya. Namun, fakta berkata lain, Anak kecil tanpa kaki sebelah kanan tersebut, sayangnya aku lupa mencatat siapa namanya, kini tumbuh menjadi anak yang luar biasa. Dengan bantuan kaki palsu, ia tampak piawai bermain berbagai jenis olahraga, bukan oalah raga ringan, melainkan olahraga yang cukup menguras energi dan memerlukan keterampilan fisik, seperti futsal, basket, dan lompat jauh. Dengan kaki palsunya, sedikit pun tak tampak rasa minder terlihat dari wajahnya. Kemampuannya berlari dan menggiring bola seolah – olah melupakan kekurangan yang ia punya.

Di belahan dunia lain, juga banyak sekali orang – orang yang terlahir dan bernasib seperti si kecil tanpa kaki kanan itu. Mereka juga memiliki keterbatasan, tetapi mereka juga mempunyai semangat hidup yang membara seperti cahaya yang tak pernah padam.

Michael Phelps, sejak kecil divonis menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), bahkan dengan kelainan tersebut, banyak yang mengecam Phelps kecil tak akan sukses di masa depan. Namun, Phelps dapat membuktikan kepada semua orang bahwa dengan kekurangan yang ia miliki, ia justru mampu menorehkan banyak prestasi yang tak banyak orang menyangka.
Itulah kemahaadilan Tuhan, di satu sisi Ia menciptakan kelebihan dan di sisi lain Ia ciptakan kekurangan. Kelebihan tak lantas menjadi kekuatan (strength) kita, begitu juga kelemahan tak lantas menjadi kelemahan (weakness) kita. Baik kelebihan maupun kekurangan dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan tergantung bagaimana kita mengatur keduanya.