Senin, 13 Mei 2013

Supporter Berharga

Sumber Gambar: okezone.net
Tentu belum hilang dari ingatan kita cerita tentang kisruh supporter PSIS Semarang (yang biasa dikenal SNEX dan PANSER) dengan warga Godong Grobogan pekan lalu dalam laga PSIS versus Persipur Purwodadi. Hal tersebut dipicu oleh pengrusakan dan penjarahan barang dagangan warga yang dilakukan oleh pihak supporter PSIS. Hal ini menimbulkan berbagai isu tidak sedap tentang keselamatan pendatang berplat nomor kendaraan K yang berada di Kota Semarang, entah bagaimana kebenarannya tetapi saya bersyukur saya tetap baik-baik saja di perantauan tempat saya menimba ilmu.

Kisruh antar supporter memang tidak terjadi kali ini saja. Bagi supporter PSIS sendiri bentrok dengan pihak lain bukan kali pertamanya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai media, sebelumnya para supporter PSIS pernah bentrok dengan supporter Persip Pekalongan, Persijap Jepara, Persis Solo, PPSM Sakti Magelang, PSCS Cilacap, serta PSIR Rembang. Jika ditelaah semuanya merupakan tim-tim sepak bola kebanggaan masyarakat Jawa Tengah. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa wong Jawa Tengah yang dikenal lemah lembut dan menjunjung tinggi tata karma justru menjadi tokoh utama dalam kisruh antar supporter?

Hal ini memang perlu menjadi catatan bagi semua stakeholder dimana semua pihak memegang peranan masing-masing agar hal yang sama tidak terjadi berulang-ulang. Dalam menjaga suasana yang harmonis, semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan PSSI sebagai penyelenggara, harus turut mengambil langkah. Perlu suatu regulasi dan sanksi yang jelas untuk mendukung terciptanya keamanan dan kenyamanan bersama. Hal tersebut juga perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemimpin supporter yang membawahi anggotanya.

Pada dasarnya keberadaan sebuah supporter atau kelompok pendukung tim yang berlaga di lapangan justru dapat mendatangkan berbagai keuntungan. Bagaimana tidak, selain bertujuan sebagai pendukung yang turut mendorong semangat para pemain, keberadaan para supporter juga dapat menghasilkan pemasukan bagi manajemen tim yang berlaga.  Hal tersebut diperoleh dari besarnya tiket masuk stadion yang harus dibayarkan ketika supporter hendak menonton jalannya pertandingan secara langsung di lapangan. Namun, karena tidak terorganisir dengan baik, yang terjadi justru hal-hal buruk yang justru menimbulkan banyak kerugian.

Selain berdampak terhadap sosial ekonomi, kerusuhan yang diakibatkan oleh ulah para supporter juga berdampak buruk terhadap psikologis masyarakat berkaitan dengan rasa aman dan nyaman. Padahal, apabila dapat dikendalikan, para supporter tersebut justru dapat menjadi sumbangsih besar bagi kemajuan kreativitas anak bangsa. Berikut saya sajikan analisis SWOT keberadaan supporter bola di Indonesia secara umum.

Strengths (Kelebihan)
Para supporter merupakan kesatuan massa yang besar, jumlahnya mencapai puluhan ribu.
Solidaritas yang dimiliki oleh para supporter sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan rasa pengorbanan dan kesetiakawanan dalam setiap kegiatan.
Para supporter mampu memberikan icon bagi tim dari kota yang didukung.

Weaknesses (Kekurangan)
Para supporter terlalu fanatis terhadap tim sendiri sehingga menganggap tim lawan bukanlah saudara sebangsa dan setanah air.
Kebanggaan sering kali dilampiaskan berlebihan bahkan berujung pengrusakan fasilitas umum. Hal sepele seperti kegiatan corat-coret tembok di tempat-tempat umum yang justru mengurangi keindahan kota.
Mayoritas para supporter mempunyai latar belakang pendidikan rendah sehingga rawan terprovokasi hal-hal yang tidak baik.

Opportunities (Peluang)
Dengan bersatunya para supporter dan didukung dengan kreativitasnya dalam mendukung tim kebanggaannya (misalnya dengan lagu-lagu dan koreografi) serta keberanian untuk aktif dalam kegiatan lain seperti kegiatan amal dan pendidikan justru akan menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi kebanggaan masyarakat kota/kabupaten yang ditempati. Bahkan dapat menjadi icon yang dapat dibanggakan.
Keberadaan para supporter dengan jumlah massa yang besar dapat mendukung program-program unggulan pemerintah daerah seperti penjagaan lingkungan (adipura) serta promosi wisata yang justru dapat meningkatkan PAD.
Para supporter dengan sikapnya yang ramah (menjaga keamanan dan kenyamanan) akan dapat menarik investor untuk mendirikan usaha di kota/kabupaten sehingga tercipta lapangan pekerjaan.

Threats (Ancaman)
Jumlah massa yang banyak dan dengan latar belakang pendidikan yang rendah justru akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku politik nakal. Mereka akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang sifatnya propaganda dan justru merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sikap bringas yang ditunjukkan oleh para supporter justru akan membuat persepsi orang lain terhadap kota/kabupaten yang ditempati tidak aman dan nyaman. Hal ini berakibat menurunkan kepercayaan investor, wisatawan, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Turunnya kepercayaan pemerintah sehingga berakibat skorsing bagi tim yang didukung untuk berlaga.

Itulah beberapa hal yang menjadi analisa bagi keberadaan supporter bola yang ada di Indonesia. Saya menghimbau bagi semua pihak, khususnya para supporter bola, untuk tetap menjaga harga diri masing-masing di manapun berada. Jangan sampai karena ulah kita justru banyak orang yang menerima getahnya. Mari kita lampiaskan kebanggaan kita dengan hal-hal postitif yang justru akan memberikan manfaat bagi banyak orang. Karena kita orang Indonesia, bangsa yang berbudaya.

Kamis, 09 Mei 2013

Tanda-tanda Kematian

Hari ini aku berselancar lagi di dunia cyber. Niatnya mau nyari soundtrack yang dipake buat berita-berita duka, hampir 2 jam gbisa nemu yang pas sampe harus aku sisihin niat untuk lanjut ke Bab III TA-ku dan akhirnya nemu juga, justru aku nemu artikel seseorang di blog pribadinya.

TANDA-TANDA SEBELUM DATANGNYA AJAL
Semoga ini bermanfaat, agar kita sadar dan waspada betapa ajal itu sungguh dekat dengan kita sehingga kita dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

*klik pada gambar untuk membacanya


Sebenarnya aku sendiri juga belum pernah dengar dari ustadku tentang tanda-tanda sebelum kematian tersebut. Namun, pesan yang ingin aku sampaikan adalah kita harus selalu siap dengan kematian, kapanpun kedatangannya hanya Allah Yang Maha Tahu. Untuk itu hidup ini harus senantiasa menggali kebaikan dan keberkahan. Semoga kelak kita semua dapat meninggal dengan khusnul khotimah.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)

Rabu, 08 Mei 2013

Masak Pindang


Bicara soal kuliner, sekarang aku akan membahas soal seafood alias makanan yang berasal dari laut. Tentu kebayang kan kelezatannya? Jangan dibayangkan dulu sebelum kau tahu dariku.

Aku suka banget sama seafood, apalagi ikan laut (fish). Katanya nenek moyangku orang pelaut, makanya aku suka seafood. |Ngaco!
Eh, beneran kali, kakek dan nenek buyutku baik dari mami and papi aku itu asli orang pesisir. Gimana ngga bikin aku tergila-gila sama seafood, orang dari sononya punya batere dari seafood.

Sekarang aku akan bahas sebuah menu makanan yang bagi orang pesisir Jepara kayak aku bisa mabuk kepayang dibuainya. Ini dia, pindang. Pindang yang aku maksud di sini bukan kayak pindang kerbau yang dibuat di Kudus, ikan pindang yang dijajakan di Semarang, atau pindang daging yang ada di Palembang. It’s really different.

Pindang Semarang (sumber: alfiansyahmaulana.blogspot.com)

Pindang Kudus (sumber: noorikhfan.web.id)

Pindang Jepara (sumber: kedaikuistanaku.blogspot.com

Pindang yang aku maksud bisa disamain kayak ikan kuah kuning yang disajikan oleh orang-orang di NTB dan Papua. Ya, ini dia Pindang Jepara.

Menangkan Kompetisinya

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa kita sadari sekarang kita sudah dalam kondisi dan keadaan seperti ini. Rasa penyesalan akan kejadian-kejadian yang telah dilewati menjadi pengisi hari-hari. Suasana ini semakin keruh seakan seperti penyakit tanpa obat. Perlahan tapi pasti semua berjalan meski kadang tak kita kehendaki.




Itu yang sedang aku alami saat ini. Berjalannya waktu seakan menghimpit ruang gerakku. Semua saling berpacu membuatku membeku dalam panasnya hari-hariku. Seperti kebakaran jenggot tatkala semua telah jauh berlari namun aku hanya berjalan dengan langkah yang tak pasti, seakan sudah hilang arah dan tujuan hidup ini. 



Kawanku, hari-hariku kini kujalani dengan pilu, aku tertidur tanpa tersadar bahwa waktu terus berjalan. Dalam tidurku aku juga tak sadar bahwa ada banyak sekali tantangan di depan yang harus aku hadapi, bahkan di tengah lelapnya tidurku aku melupakan mimpi-mimpiku. Aku seperti anak kemarin sore yang hanya puas dengan tidur-tiduran dan terlena karena tidurku memberikan kenyamanan bagiku. Sehingga waktu pun mencuri start dahulu dan siap kapan saja menerkamku.
Kawanku, sejatinya perjalanan hidup ini adalah kompetisi yang memerlukan perjuangan dan upaya keras untuk meraih mimpi-mimpi. Lelapnya tidurku hanya akan membuatku tersudut dalam penyesalan karena tak dapat kulawan sang waktu. Bahkan orang-orang pun menjadi korban dari kelengahanku ini.



Dia yang berjalan dan cepat berlalu harus mampu aku antisipasi. Aku tak boleh lengah, aku harus segera bangkit dan siap berperang untuk menjemput mimpi-mimpiku. Waktu yang terus berjalan tak akan memutar arah dan kembali kepadaku, tapi aku yang harus cepat berlari agar tak ketinggalan jejaknya.



Tuhanku, bimbinglah hambaMu dengan rahmat agar hamba mampu ikhlas berjuang dengan semangat sehingga tercapai mimpi-mimpi indah. Hamba sadar, waktu yang Engkau beri sangat terbatas. Jangan biarkan hamba lalai sehingga hanya tersisa penyesalan sampai ajal menjemputku.

Sabtu, 04 Mei 2013

Sosok Seorang Ayah




Di balik kesuksesan seorang anak adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya, ibu dan ayahnya. Sekarang aku akan sedikit bercerita tentang seseorang yang inspirasional, mampu memberikan pendidikan, dan sampai kapan pun akan dikenang. Beliaulah ayahku, bapak kandungku yang kelembutannya tak sedikit pun mengurangi kegagahannya.

Aku biasa memanggilnya dengan Bapak, namanya Bakri, berasal dari bahasa arab bakhri yang berarti lautan luas. Beliau terlahir dan dibesarkan di Jepara pada 10 Januari 1947 dari pasangan Mbah Pawiro Mukhsin dan Nyai Basinah. Ayahku merupakan anak keempat dari Sembilan bersaudara.

Sebagai seorang ayah beliau sangat inspirasional, kepribadiannya banyak menjadi contoh bagi putra-putrinya, termasuk diriku. Untuk kepribadiaanya yang baik itulah beliau menjadi sosok yang dihormati di lingkungannya.

Terlahir dengan nama Bakri yang berasal dari bahasa arab, bakhri, yang berarti lautan luas. Ayahku memang memiliki hati seluas lautan. Kesabarannya dalam menghadapi setiap masalah dan cobaan tiada batas. Kalau diingat-ingat, sejak kecil sampai sekarang ayahku tidak pernah sekali pun memukulku untuk kesalahan yang aku perbuat. Beliau memarahi putra-putrinya dengan nasihat, paling hanya sekali dua kali dengan nada keras kalau dirasa perlu. Luas hatinya juga beliau tunjukkan dengan sikapnya yang selalu mengalah dalam banyak urusan. Karena prinsipnya “Sopo sing wani ngalah, luhur ing wekasan” yang artinya siapa yang berani mengalah akan memetik hasil yang baik. Dan hal itu sudah beliau buktikan dalam banyak hal.

Sebagai seorang laki-laki, suami dari ibuku, ayahku tergolong orang yang romantis. Pernah dituturkan oleh ibu, ketika menunaikan ibadah haji setiap ada jatah makanan yang harus diambil, ibu tidak perlu capai-capai mengantre makanan itu sebab ayahku selalu sedia mengantre dan mengambilkan makanan untuk ibu di tengah cuaca Arab yang tak bersahabat. Hal tersebut tidak dilakukan oleh semua suami yang ada pada waktu itu, tambah ibuku. Dan sering kudengar sendiri, ayahku memang suka memuji kecantikan ibuku meskipun dengan nada malu-malu. Sebagai seorang suami, ayahku memang luar biasa, tidak pernah sekalipun mencela apalagi menolak apa yang ibuku masakkan untuknya. Beliau selalu menghabiskan makanan yang dimasak oleh ibu.

Kamis, 02 Mei 2013

KKN The Embedded Story


Ada kisah yang belum sempat kubagi. Perjalanan belajar di sisa-sisa masa kuliah, kumengenalnya dengan KKN.
Tulisan ini aku persembahkan untuk teman-teman KKN Tim I Desa Pajomblangan yang sampai detik aku menulis ini, meskipun sudah lebih dari 3 bulan KKN berakhir tetapi masih belum bisa move-on.

Mungkin bagi kebanyakan mahasiswa Undip, KKN adalah momok, kalau bisa di-skip bahkan sebisa mungkin dihindari, hal ini dirasakan juga oleh teman-teman sejurusanku, bahkan beberapa teman yang satu tim denganku.

Entah bagaimana hal lain bisa terjadi padaku, di saat yang lain merasa enggan, aku justru menanti-nanti masa itu. Entah karena jiwa sosialku yang mulai bangkit lagi, atau ada sesuatu yang ingin kuperoleh. Tapi, bagaimana pun aku tetap bagian dari teman-temanku. Kuyakinkan mereka dan termasuk diriku sendiri bahwa “What you think is what you’ll get”. Kalimat tersebut yang dulu menempel di mading kamar kontrakanku.

Januari 2013, serangkaian acara pra KKN telah kuikuti. Dari pendaftaran, pembekalan, rapat-rapat, survey tempat, dan kegiatan lainnya. Oia, sebelumnya, aku perkenalkan dulu, aku, Muhdam Azhar adalah koordinator Desa Pajomblangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Merasa sebuah anugerah bisa ditugaskan di tempat tersebut bersama tim yang sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi mereka mampu memberikan warna yang membuat hari-hari KKN menjadi luar biasa. Ya, sebenarnya dibandingkan dengan tim lain, mungkin kami termasuk tim dengan personal yang biasa saja, tidak banyak keistimewaan yang kami punya, tetapi kesatuan kami mampu membuat kelompok kami mempunyai posisi yang istimewa di hati kami masing-masing, bahkan di hati warga desa.