Senin, 20 Agustus 2018

Orang-Orang Besar


Sudah lama sekali tak kusapa kau Tuan Blog, halo apakabarmu? Masih setia menampung coretan-coretanku ya.

Kamu tahu, ada seseorang yang sangat dicintai oleh Rasulullah, dan seringkali membuat istri-istrinya cemburu? Ialah Siti Khadijah ra. Pengorbanan yang ia berikan kepada Allah dan RasulNya sangatlah besar, hingga ia menjadi umat yang dikasihi oleh Allah SWT.

Dalam kisah cinta Rasulullah SAW bersama Khadijah, sebagian orang mengambil nilai-nilai kasih sayang antara keduanya yang indah dan begitu romantis. Saling memahami, mengasihi, dan semuanya berjalan indah melebihi kisah cinta pasangan manapun. Namun sebagian lagi, memaknai nilai-nilai yang lebih dari itu. Pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah semata tak hanya karna cintanya kepada Muhammad, lebih besar dari itu, bahkan sampai ketika telah wafat pun, Ia rela tulang belulangnya dijadikan jembatan ketika Rasulullah tak dapat menemukan perahu dan sampan untuk menyeberangi lautan. Semua berkat imannya kepada Sang Khaliq.

Itulah kisah Khadijah, salah satu orang besar yang menginspirasiku tentang makna sebuah cinta dan pengorbanan. Orang-orang besar, mereka mempunyai pemikiran besar, tak cukup memikirkan dirinya sendiri. Ia disibukkan dengan memikirkan orang lain. Harta dan kedudukan Khadijah di mata kafir Quraisy ia pertaruhkan agar umat kala itu menjadi pengikut Muhammad, Ia ingin agar semua memperoleh rahmat yang sama.

Aku suka bergaul dengan orang-orang besar, pemikiran besar mereka turut membawaku berpikir besar, tidak egois. Sebab orang-orang besar itu selain bercita-cita besar, juga memiliki jiwa yang besar. Mereka orang-orang yang lapang hatinya, ikhlas dalam pengorbanan, dan tak pernah larut dalam keluhan. Orang-orang besar juga bermental besar, tak jarang mereka lemah dalam fisik, namun sebab mental mereka yang sudah kokoh, berdiri di atas karakter yang kuat, ia lantas tak mudah tumbang. Justru kelemahan yang ia punya mampu dijadikan sebagai siku-siku yang mendorong kemajuan. Nasihat untuk kita, “Kita boleh lemah fisik, tapi mental kita tak boleh lemah”. Sebab Michael Phelps, Nick Vujivic, dan Handry Santriago terlahir dengan ketidaksempurnaan, namun dengan mental yang kuat, mereka mampu bangkit dan menginspirasi banyak orang.

Sabtu, 21 April 2018

Dukungan Dari Seorang Ayah


Bercerita tentang sosok Raden Ayu Kartini, putri dari seorang Bupati Jepara yang hidup dalam masa feodalisme. Gadis kecil cerdas yang tumbuh di tengah lekatnya adat Jawa yang kaku di masa itu. Di balik perjuangan Kartini membebaskan diri dan kaumnya dari keterkekangan, terdapat berbagai sosok yang juga turut mendukung langkahnya, mereka ialah kakaknya, Sosrokartono, ayah dan ibunya, sahabat penanya, Stella, dan banyak lagi. Kalau menilik perjuangan Kartini dan dua saudaranya, Rukmini dan Kardinah, tidaklah mudah. Namun, langkahnya itu dapat terbantu berkat jasa ayahnya, yang juga menjabat sebagai seorang Bupati.

Ragamu boleh terkurung, tapi jangan pikiranmu.

Belajar dari kehidupan seorang Kartini, memiliki ayah yang senantiasa mendukung gerak langkahnya, aku pun merasa berada pada posisi yang sama. Aku bersyukur Allah menitipkanku pada seorang ayah, dan tentunya ibu, yang selalu mendukung dan mempercayaiku dalam mengambil langkahku sendiri.

Sejak duduk di bangku sekolah, Bapakku selalu membebaskanku dan memberikan kepercayaan penuh padaku dalam mengatur pendidikanku. Beliau memang mengarahkan, tetapi tidak mengekang. Beliau menasihati, tapi tak menghakimi. Begitu kurang lebih cara beliau mendidikku.

Saat di luar sana banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler karena takut nilai akademisnya tidak maksimal, Bapakku justru mengijinkanku mengikuti berbagai kegiatan yang aku mau. Beliau hanya sesekali mengingatkan aku tentang konsekuensi yang harus aku hadapi, apakah itu? Bukan nilai akademis yang mungkin akan turun, tetapi tuntutan manajemen waktu yang harus aku hadapi. Orang lain mungkin bisa menghabiskan waktu berjam-jam bermain video games atau berlama-lama nongkrong di café, tapi aku tidak. Itu saja konsekuensinya? Oh tentu bukan, aku juga masih bisa kok bermain games dan nongkrong di café bersama teman-teman. Atau bahkan kumpul sambil menyewa film, tapi aku masih punya segudang “PR” yang harus segera diselesaikan.

Ya, itu salah satu hal yang aku syukuri dalam hidup. Memiliki sesosok ayah yang mempercayaiku dengan penuh. Kepercayaan itu yang menjadi modal bagiku untuk melangkah tanpa beban. Namun, kepercayaan sebagai modal yang sudah di genggaman harus dipegang teguh, jangan sampai ternodai. Sebab benar kata orang bijak, meraih itu mungkin mudah, tapi mempertahankan akan sulit. Kepercayaan yang telah diberikan jangan disia-siakan, pegang teguh kepercayaan itu, jalani dengan penuh amanah. Sebab ia yang mampu membebaskanmu menjalani dirimu dengan pilihanmu sendiri. Bagaikan Kartini, menentang kekakuan adat yang mengurung kebebasan wanita untuk menuntut ilmu. Ia mendapatkan kepercayaan penuh dari Sang Ayah hingga akhirnya ia berhasil meyakinkan ayahnya terhadap cita-cita yang hendak ia capai.

Jepara, 21 April 2018.