Sabtu, 30 Maret 2013

Memandang Hizbut Tahrir

Fajar kali ini mengantarkanku menyusuri banyak jalan di dunia maya. Terkaget-kaget menemukan salah satu blog salah satu siswa SMP yg keren secara desain, isi dan redaksi artikel-artikelnya, dan lebih kaget dengan kedua website lain yg dia miliki. Padahal notabene selain masih SMP, dia juga bersekolah di tempat yg biasa saja, sekolah baru yg belum terkenal pula. Langsung aku sebut saja, SMPN 1 Kalinyamatan, salah satu sekolah negeri di Kabupaten Jepara yg baru saja dibuka pada awal 2000an, sedangkan Kalinyataman sendiri merupakan salah satu kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Pecangaan, meskipun Kalinyamatan pernah menjadi pusat kota Jepara semasa pemerintahan Ratu Retno Kencono (Reinha de Djapara, Ratu Kalinyamat) - informasi dari teman, belum menemukan sumber autentiknya. Sekarang aku tersadar, selama ini aku terlalu sombong dan sering meremehkan orang dan terutama golongan orang-orang "kecil", merasa diriku paling hebat, padahal di luar sana masih sangat banyak sekali manusia yang jauh lebih hebat dari diriku yg hina ini meskipun mereka terlahir di sudut bumi atau terlahir dari keluarga serba kekurangan sekalipun. Astaghfirullahal'adziim. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Setelah kepo dengan akun fesbuk siswa tersebut, karena masih tidak percaya bahwa dia masih duduk di bangku SMP dan berusaha meyakinkan bahwa dia sebenarnya guru TIK yg mengajar di SMP tersebut namun tidak terbukti, hahaha, jahat sekali aku ini. Kutemukan beberapa foto pendakian salah seorang temanku muncul di Newsfeed. Karena tertarik ingin melakukan hal yg sama (mendaki gunung-red), aku kepo-in juga foto-fotonya itu, dan kutemukan foto salah satu temannya temanku tadi. Seorang lelaki, tetapi ada hal yg membuat aku merasa penasaran melihatnya dan akhirnya aku kepoin akun fesbuknya, hehe. Ternyata dia seorang anak kiai, pernah nyantri di salah satu pondok di Jatim dan sekarang masih kuliah di Undip, ini info dari blognya. Dan ternyata dia orang Jepara juga. Waah, ternyata orang Jepara keren-keren ya. Hahaha. Kepo berlanjut sampai foto-fotonya yg unik. Kutemukan salah satu foto gambar bendera NU (Nahdatul Ulama) dengan note di dalamnya. Ada sebuah tautan (link) yg merujuk pada sebuah blog karya seorang engineer di ITB.

Mungkin yg ada dipikiran kalian, "Ni orang kepo banget sih". Tapi untuk kali ini aku terima. Haha. Kepo, sebenarnya aku juga kurang suka. Tapi untuk hal-hal yg bisa mendapatkan kebaikan kayak gini kenapa tidak? hehe. Kepo boleh, asal yg baik-baik.:)

Panjang banget ya ceritaku padahal ini masih pembuka, belum merujuk pada inti masalahnya. Berikut aku tampilkan salah satu tulisan dari blog tersebut. Tapi, sebelumnya aku ingin berkomentar dulu. Biarkan tulisan ini berbicara, karena setiap orang bebas mengutarakan pendapatnya, termasuk pendapat nara sumber dari percakapan di blog tersebut, begitupun kalau kamu (pembaca) ingin berkomentar apapun maka dipersilakan, asal masih tetap menjunjung harga dirimu sendiri ya, dengan sopan dan santun maksudku.

Seperti kata penulisnya, meskipun tulisan ini menjurus pada salah satu ormas, tapi aku dan penulis tersebut bukan dari golongan ormas tersebut. Meskipun dari kecil aku dididik dari keluarga yg kental dengan ormas tersebut. Ormas NU. Ibuku meskipun bukan orang NU, tetapi pendidikan yg diberikan padaku datang dari NU, sedangkan Bapakku aktif di kegiatan Muhammadiyah.

Jangan permasalahkan perbedaan yg ada, perbedaan dalam Islam adalah khasanah dan rohmat yg datangnya dari Allah Ta'ala. Yg penting adalag keimanan dan ketaqwaan kita. Jangan suka langsung nge-judge hal tersebut benar atau salah sebelum kita temukan sendiri bukti-buktinya. Wallahu a'lam bisshowaab.Tapi memang secara pribadi aku lebih suka berdakwah kepada orang yg belum mengerti daripada beradu pikiran dengan orang-orang yg sudah mengerti. Berdakwah dengan "seni". Seni yg positif ya, bukan seni yg negatif dan dipaksakan kerana alasan seni seperti yg dilontarkan aktifis pendukung pornografi, hehe. Seni berkata-kata, seni bersikap, dan seni berpikir. Kalau kata orang,
Tak peduli orang tersebut pakai doa qunut atau tidak dalam sholat subuhnya, yg belum sholat masih banyak.
Berikut kutipan artikel dari blog yg aku temukan. Kebetulan aku pernah diajak sama seorang senior untuk bergabung dengan organisasi yg akan dibahas di bawah ini, tapi aku tolak dengan halus. Silakan menikmati

Sabtu, 23 Maret 2013

Mempersiapkan Tugas Akhir

by googling
Semester akhir merupakan masa-masa yang unik. Sebagian menanti-nanti karena berarti telah usai segala beban praktikum atau ingin segera lulus, sebagian bersedih karena banyak hal. Akan segera berpisah dengan teman tercinta, menandakan sudah tua, atau tidak siap dengan jenjang berikutnya, ya Tugas Akhir.

Tugas akhir mempunyai dua sisi yang berlainan, sebagian menganggap sebagai sebuah beban berat dan momok yang menghantui sehingga stres melanda, sebagian lainnya menganggap hal yang biasa atau bahkan saatnya meng-upgrade kompetensi diri. Apapun itu, hal yang pasti adalah bahwa tugas akhir merupakan tahap terakhir bagi calon sarjana untuk membuktikan kualitas dan kreativitas diri dengan meng-explore segala kemampuannya, baik akademis, mental, tanggung jawab, serta sikap empati seorang mahasiswa. Bagaimana tidak, tak bisa dipungkiri masa-masa mengerjakan tugas akhir memang cukup menyita waktu karena otak terasa diperas untuk memikirkan banyak hal, dimulai dari tema, judul, dosen pembimbing, proposal, seminar, dan segala tetek bengeknya, termasuk pula kapan tugas akhir tersebut selesai karena sudah tidak tahan dengan rasa malu kepada teman dan keluarga apabila ditanya, "Semester akhir? lulusnya kapan?", "Sudah lulus mas?", "Sudah mau kerja ya?", "Kapan nikah?" #oops
Oleh karena itu pada masa-masa akhir seperti ini kerja sama dan saling memotivasi sangat diperlukan.

Kamis, 07 Maret 2013

Menjaga Hubungan Kekeluargaan dengan Sambatan



Foto Blur ini diambil ketika ada sambatan di rumah
Awal maret kemarin, saya disuruh pulang ke kampung oleh ibu. Keluarga di rumah akan mengadakan pengajian untuk mengenang meninggalnya nenek dari ibu. Di Jawa memang mengenal banyak sekali tradisi untuk memperingati hari-hari penting seperti memperingati hari meninggalnya seseorang, pernikahan, dan sebagainya. Namun, bukan hal itu yang akan saya bahas di tulisan kali ini, melainkan adanya tradisi yang sangat bagus dimana masyarakat berkumpul untuk membantu orang yang mempunyai hajat, tradisi tersebut bernama “Sambatan”.

Zaman semakin modern, populasi penduduk yang semakin meningkat dan berbagai aktivitas ekonomi membuat orang semakin sibuk dengan kegiatan masing-masing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan pribadinya sehingga dikenal istilah individualistis dan turunnya kepedulian sosial, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Salah satu hal yang unik dan memberikan pesan sosial yang baik adalah tradisi sambatan.