Sabtu, 28 Desember 2013

Jangan Layu Sebelum Berkembang

Kepergiannya begitu berat bagiku, dia yang dulu sangat dekat, selalu mendekapku erat, menghangatkanku di antara kekisruhan. Aku tak menyangka, bahkan sedikit pun tidak, hal itu akan terjadi begitu cepat, di saat dunia mulai terbuka, saat burung-burung di seberang pulau hendak mencari mangsa. Aku justru terlelap dan membiarkannya pergi. Kejadian yang tak pelan, tapi butuh proses yang lumayan, tiga atau empat tahun perjalanan. Aku tak pernah paham, tak pernah kusangka sebelumnya, bahkan sama sekali tak pernah terbesit dalam pikiran dan hati yang luar sekalipun kalau sekilas pandangan akan meruntuhkannya, membuatnya semua berbeda, dan itu nyata. Kehilangan ini sangat kentara kurasakan. Betapa tidak, hal ini mengubah hampir sebagian hidup yang sudah kurangkai kisahnya, bertatih-tatih untuk bisa bertahan, bertumpu pada kaki-kaki kecil yang entah siapa yang tahu kapan bisa runtuh. Namun, sedari dulu aku selalu berharap, berharap dengan sangat bahkan kugadaikan hidupku untuknya, agar dia tidak pergi, agar sebelum semua terjadi aku dibiarkan terhenti, terhenti dari kefanaan.

Waktu kini sudah kulalui, terlewati sepanjang lika-liku perjalanan elegi ini. Aku serasa tertidur, tapi tak pulas juga, sehingga bangun dan tertidur untuk menahannya. Terkadang petunjuk itu datang lantas aku mampu menghindar, tetapi sekejap hilang lalu berlakuan. Apatah semua ini hanya ilusi belaka? Aku bukan hidup dalam kejahiliahan, meski pandai tapi merasa bodoh dan sangat. Ilmu-ilmu berdatangan namun ku belum paham-paham. Mungkin sekejap, seketika, atau esok yang akan datang, entah kapan dimana hanya Mereka yang mengerti.

Sabtu, 14 Desember 2013

Aku Ingin Hidup Sederhana

Terbaring ku di bawah awan
di tengah riangnya gelombang lautan
di antara pelagis yang menyambut senang

Sorak gurau berlabuh begitu gaduh
kelihatan kecil tapi tangguh

Pari belekok di daratan mencari mamahan
di seberang, seorang tuan tanah berlaku keras tanpa merasa pelak
Kejauhan, menjulang gunung tinggi menampakkan ronanya, biru gagah

Ku terbangun silap-silap, terheran, hati bertanya-tanya
inikah sorga yang dijanjikan Tuhan kepada hambaNya?
bergejolak penuh warna

Kuberjalan mengikuti lika-likunya
terkawal gundah dan gulana, hati bertanya-tanya
tetapi Tuhan memberikan jawab
lewat silapnya penglihatan, gundahnya perjalanan

rahmatNya menggiring
menyibakkan petang dengan kebenaran

Kelamaan, jalanku semakin remang
meski penuh warna di kiri kanan
Beberapa jiwa berjatuhan, berharap kasih yang tak kunjung datang
melangkah lemah tanpa arah

rahmatNya menggiring
untuk jalan yang miring
Mata berkunang-kunang, lalu tersungkur dalam gelap
dalam hati banyak berharap
agar Tuhan tak tinggal lelap

Esok ku terbangun sepi
dalam rimbunnya duniawi
tersadar diri akan surgawi

Aku ingin hidup sederhana
sesederhana senyum Tuhan untuk makhlukNya

Rabu, 11 Desember 2013

Menjadi Elang Dalam Negeri

Ilustrasi. Picture edited, source: kutilang.or.id
Tak terasa sudah di penghujung tahun. Tak terasa sudah melewati banyak hari, meninggalkan cerita-cerita yang akan menjadi kenangan esok pagi. Kini sudah kutinggalkan status mahasiswaku menjadi seorang "profesional". Awal tahun baru besok insyaAllah aku akan meninggalkan rutinitasku ini, menyentuh rutinitas baru. Ya, dunia kerja, yang menjadi impian bagi mahasiswa yang sudah diwisuda untuk bisa meraihnya.

Mungkin tidak ada yang menyangka, termasuk diriku sendiri. Tak pernah sama sekali kuniatkan untuk bekerja di Ibukota, bahkan niat yang seperti itu sudah kutanggalkan jauh-jauh sebelumnya. Aku mulai memantapkan diri untuk bekerja di kampung halaman sambil menemani bapak ibu yang “kesepian” di rumah. Namun, ternyata kuasa Allah lebih kuat dari rencana hambaNya. Aku diterima di sebuah perusahaan swasta yang head office-nya di Jakarta, meskipun belum tentu aku akan menetap di sana, tetapi satu bulan pertamaku akan aku jalani di sana.

Sebenarnya aku mendapatkan tawaran untuk bisa bekerja di Jepara, di sebuah PLTU, tentu dengan gaji yang lebih besar dan (harusnya) lebih cukup untuk biaya hidup ketimbang di Jakarta. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan juga hasil renungan kepada Sang Pemberi Petunjuk, maka aku putuskan untuk tidak menerima tawaran tersebut meskipun yang meminta adalah General Manager-nya sendiri.

Aku sempat mencari informasi dari blog-blog orang alasan kenapa mereka memilih meniggalkan Jakarta. Aku menemukan sebuah blog yang memberikan informasi cukup rinci dan jelas dan kebetulan kota tujuan pindah penulisnya adalah Jepara. Berikut linknya arif.widianto.com
Kalau kalian pikir itu akan mengubah pikiranku, kurasa tidak.

Aku akan bercerita tentang persahabatan seekor elang dan ayam. Kisah ini menjadi inspirasi bagiku untuk mengambil keputusan tersebut.

Senin, 02 Desember 2013

Berbagi Masa Depan

Para Serdadu Rumah Sahabat Cahaya Samudera dengan Cita-citanya
Indonesia Mengajar merupakan sebuah program yang menginspirasi diriku untuk berbagi. Meskipun pada dasarnya aku kurang suka mengajar - itulah alasan kenapa aku tak jadi masuk jurusan kependidikanan - tetapi kegiatan mendidik tersebut selalu membuat semangatku membuncah, terutama ketika mengajar adik-adik usia sekolah dasar. Dan pada dasarnya aku memang penyuka anak-anak, kelucuan dan keluguan mereka selalu memberikan warna ceria dalam hidupku.

Suatu ketika seorang teman mengajakku untuk membuat sebuah komunitas peduli lingkungan. Kebetulan aku juga mempunyai pemikiran yang sama setelah beberapa hari berdiam di rumah, tanpa kegiatan yang berarti, selain menulis di blog ini. Berkeliling pantai menggunakan sepeda menjadi rutinitas setiap pagi, tapi selalu ada kekecewaan ketika menyambangi tepian pantai, yaitu perkara sampah plastik yang selalu ditinggalkan pengunjung di pantai wisata tersebut. Itu yang menjadi awal pemikiran kami. Namun, seiring berjalannya waktu kami agak sedikit kesulitan mengumpulkan massa sehingga niat kami untuk membentuk sebuah komunitas bisa terlaksana.

Kami pun tak kehilangan akal, kami mencoba belajar dari teman-teman yang sudah berhasil membangun komunitasnya. Temanku tadi bernama Rian, dia kemudian mendekati komunitas Jepara Berkebun untuk belajar banyak hal dari mereka. Sedangkan aku? Kebetulan posisiku sedang di Semarang. Salah seorang teman kampus hendak me-launching komunitas barunya dan kebetulan hadir juga beberapa founder komunitas yang lain. Dari situlah aku bisa bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, mereka yang peduli dengan lingkungannya, ada yang bahkan sangat peduli meskipun yang mereka naungi bukanlah "sanak-kadang" mereka sendiri. Mereka mengajar dan mendidik anak-anak. Setelah acara selesai kusempatkan untuk mengobrol dengan beliau-beliau untuk menggali lebih dalam seraya memantapkan niat dan semangat yang kian membuncah.

Beberapa bulan sebelumnya aku berniat pergi belajar bahasa inggris ke Pare. Aku pikir persiapanku sudah matang. Restu orang tua sudah kukantongi, informasi sudah kuperoleh, tanggal sudah kutentukan, tinggal pesan dan berangkat. Namun, tiba-tiba pikiran dan niat ini berubah. Semangat ke Pare yang tadinya membara, kini melempem, bukan lantaran Pare tak menarik lagi, tapi aku punya misi lain yang jika Tuhan mengijinkan, misi ini akan sangat bermanfaat, bagi orang lain dan bagi diriku sendiri.

Rabu, 27 November 2013

Kebersihan Cerminan Akhlaq


Sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, selain mengikuti sekolah formal, aku juga mengikuti sekolah agama, boleh dibilang TPQ atau sekolah sore kalau orang Jepara bilang. Dalam masa pendidikan di sekolah sore tersebut, selain memperoleh pendalaman membaca Al-Quran, juga diajarkan cara menulis kaligrafi yang kalimatnya dikutip dari potongan-potongan ayat Al-Quran atau dari peribahasa arab. Di luar perkara keilmuan, para murid juga diwajibkan untuk menghargai waktu dengan tidak datang terlambat dan turut menjaga kebersihan kelas.

Sekedar informasi, bahwa aku mengaji bukan di sebuah Madrasah Diniyah, melainkan datang ke rumah salah seorang ustad bernama Ust.Suhariyono. Beliau menyulap rumah sederhananya dengan menyediakan sebuah aula kecil hingga dapat digunakan para murid untuk mengaji dan sholat berjamaah.

Kembali pada perkara di luar keilmuan. Dalam hal menjaga kebersihan, Pak Hari, sapaan akrab beliau, tidak hanya menyuruh kami membersihkan ruang kelas, tapi sewaktu-waktu apabila rumput di halaman rumah beliau yang cukup luas sudah tumbuh tinggi, para murid juga “diberdayakan” untuk mencabutinya. Mungkin bagi sebagian orang yang tidak tahu menahu akan protes, kedatangan para murid tersebut ke rumah Pak Hari bukanlah untuk menjadi “babu”, tetapi untuk mengaji, mempelajari ilmu agama. Meskipun kami memang tidak dipungut biaya sepeser pun selama mengaji kepada beliau.

Di lain cerita. Suatu ketika aku berjalan-jalan di sebuah pusat kota yang notabene setiap tahunnya selalu mendapatkan predikat kota bersih dengan piala adipura. Seorang anak yang dibonceng orang tuanya mengendarai sepeda motor tanpa dosa membuang bungkus susu kemasan yang tadi diminumnya. Melihat setiap sudut jalan kota yang tampak bersih, aku rasa siapapun harusnya tak tega meninggalkan sampah sembarangan di sana sebab tentu akan kentara sekali. Namun, entah bagaimana bisa, orang tua si anak tersebut pun seperti tak ada itikad untuk menegur putranya sendiri.

Senin, 25 November 2013

Kiat Sukses Interview Versiku

Beberapa hari lalu aku mendengarkan radio yang kebetulan sedang menyiarkan informasi seputar bekerja. Salah satu treatnya adalah kiat-kiat lulus interview kerja. Dan pada hari ini salah seorang teman mengirimkan pesan singkat melalui WA yang isinya ia dipanggil salah satu perusahaan tambang ternama untuk interview di Jakarta. Dia meminta saran padaku agar bisa lolos dalam tahapan tersebut. Kebetulan aku juga sudah diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta ternama milik anak bangsa. Alhamdulillah, setelah melewati berbagai macam tes dan kegagalan di beberapa perusahaan. Berdasarkan pengalamanku dalam melewati interview, ini aku berikan beberapa kiat dalam menghadapinya.

Persiapan
1.        Perbanyak pengetahuan
Sebelum menjalani interview alangkah baiknya kita mencari tahu seluk beluk perusahaan dan posisi yang kita lamar. Selain itu, perbanyak wawasan, terutama mengenai keilmuan yang sesuai dengan bidang kita dan pengetahuan umum yang terkini.
2.        Tata penampilan
Dalam menjalani interview, pastikan penampilan kita enak dipandang. Baju harus rapi dan sesuaikan dengan bidang yang kita lamar, apakah di field atau di office. Kenakan baju yang berwarna cerah dan menarik. Tapi aku tidak menyarankan untuk memakai kemeja putih dengan bawahan dan sepatu hitam, sebab bagiku itu terlalu mindstream. Selain baju yang kita kenakan, tampilan rambut, wajah, dan kebersihan tangan juga penting.
3.        Disiplin
Usahakan tiba di tempat interview minimal 30 menit atau setengah jam sebelum interview dimulai. Jadi perkirakan sendiri kita harus berangkat dari rumah jam berapa ya.

Teknik Jitu
1.        Berdoalah sebelum masuk ruangan.
2.        Saat masuk usahakan pelan dan sopan. Mulailah dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, lalu ucapkan salam dan berikan senyuman.
3.        Jabat tangan juga perlu sebagai tanda perkenalan. Atau bagi kalian yang tidak bisa berjabat tangan, cukup berikan tanda.
4.        Jangan mulai duduk sebelum dipersilakan, atau mintalah ijin untuk duduk apabila lama tidak dipersilakan.
5.        Pastikan kita duduk dalam posisi senyaman mungkin, tapi ingat ya, tetap jaga wibawa dan sopan santun.
6.        Tarik napas pelan-pelan saat mulai tegang, lalu hembuskan pelan.
7.        Jaga raut wajah tetap rilex dan ceria dengan senyuman.
8.        Jangan tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan, olah dulu pertanyaan yang diberikan dan pikirkan jawaban terbaik. Namun, jangan terlalu lama mikirnya ya. Dan jangan takut bertanya apabila ada pertanyaan atau informasi yang kurang kita pahami.
9.        Jawablah pertanyaan dengan runtut - sistematis, jangan meloncat-loncat. Serta perhatikan kontak mata.
10.    Jujurlah dalam menjawab, jangan suka mengada-ada. Untuk pertanyaan yang sulit dijawab, katakan saja tidak tahu dan akan kita cari tahu nanti.
11.    Kalau bisa giring suasana dalam ruangan menjadi bersahabat dengan sedikit candaan, tapi yang elegan ya.
12.    Akhiri pernyataan dengan kesimpulan. Berdirilah dengan anggun untuk mengakhiri interview tersebut. Jangan lupa berjabat tangan.
13.    Keluarlah ruangan dengan sopan dan lemparkan senyuman. Keluar dengan rasa percaya diri.
14.    Ucapkan syukur pada Tuhan karena kita telah berhasil melewatinya.

Oke, itu saja tips dariku. Semoga bermanfaat.

Jaga kondisi tubuh, tetap percaya diri serta selalu berpikir positif dan optimis. Hati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan rekrutmen kerja. Semoga sukses!

Bismillahi Arrohmani Arrohiimi

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Bismillah, kalimat yang berarti “Dengan menyebut asma Allah” lebih lengkap yakni Bismillahi arrohmani arrohiimi, yang berarti “Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Bismillah selalu dijadikan awalan sebelum kita melakukan amalan, baik ucapan maupun perbuatan, baik yang terlihat maupun tidak.

Bismillahi arrohmani arrohiimi merupakan ayat pertama dalam ummul kitab – Ummul kitab secara harfiah merupakan ibu kitab, artinya merupakan permulaan dari sebuah Al-kitab, yakni Al-Qur’anul kariem. Ummul kitab yang dimaksud ialah surah Al Fatihah. Menjadi sebuah ummul kitab artinya terdapat suatu keistimewaan di dalam surah tersebut. Selayaknya seorang ibu, terdapat suatu keistimewaan baginya, yang harus kita hormati, sayangi, dan kasihi serta kita jaga lantaran beliaulah sebab kehadiran kita hingga seperti sekarang.

Memaknai bismillah tentu tidak cukup dengan mengamalkannya sebagai ucapan sebelum kita melakukan suatu kegiatan. Bismillahi arrohmani arrohiimi, atau secara singkat dikenal dengan basmallah, mempunyai makna yang sangat dalam bagi mereka yang mau berpikir. Sebagai ummat muslim, membaca basmallah dalam setiap permulaan bahkan diwajibkan agar kita senantiasa memperoleh berkah dan rahmat dari Allah SWT. Bahkan dalam hal-hal tertentu bisa menjadi haram (dilarang secara keras, dengan konsekuensi dosa) apabila meninggalkan basmallah, seperti penyembilan hewan tanpa awalan basmallah – sekalipun lupa.

Sebagai untaian kalimat yang mulia, tentu basmallah mempunyai kedudukan yang luar biasa, mungkin tidak bisa disejajarkan dengan yang lainnya. Basmallah mempunyai 3 unsur utama, yakni Allah, Arrahman, dan Arrahiim. Allah, ialah rabbun yang berarti Tuhan, Al Kholiq yang berarti pencipta dan penguasa alam beserta isinya. Allah mempunyai 2 sifat yang utama yang disebut-sebut dalam kalimat basmallah, yaitu Arrahman dan Arrahim. Arrahman yang berarti pengasih, Dzat yang memiliki sifat rahmat - kasih sayang yang luas. Serta Arrahim yang merupakan kata kerja dari rahman, yang dimaknai Allah Dzat yang memberikan rahmat – kasih sayangNya - secara penuh dan kepada siapapun. Arrahman arrahiim sendiri mengalami banyak pengulangan penggunaan, seperti pada ayat ke-3 surat Al-Fatihah. Dengan penjelasan singkat tersebut tentu kita paham bahwa penggunaan basmallah tidak boleh sembarangan, artinya untuk hal-hal yang baik saja, tidak elok untuk hal-hal yang tidak baik.

Selasa, 19 November 2013

Memberi Bekal Untuk Anak ke Sekolah

“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”

Ilustrasi
Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman terjadi begitu cepat dan pasti. Perkembangan tersebut, selain berdampak positif juga mempunyai dampak negatif yang harus dihindari. Sebagai contoh, di bidang telekomunikasi, internet melaju begitu cepat dan tersebar hingga ke pelosok daerah. Pemanfaatannya pun beragam, dari penyebaran informasi teknologi dan ilmu pengetahuan, perkembangan ekonomi dan pemasaran, sampai ajang aktualisasi diri. Namun, internet juga mampu memberikan dampak yang tidak baik, seperti merebaknya kasus pornoaksi dan pornografi yang menjangkit kehidupan masyarakat, terutama kaum remaja.

Ulasan di atas menjadi salah satu kejadian yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Tentu tidak hanya hal-hal yang bersifat duniawi, bahkan perihal keagamaan juga menjadi salah satu korban perkembangan zaman dengan munculnya berbagai penafsiran baru tentang ilmu agama.

Mendidik dan membentengi buah hati dari hal-hal yang tidak baik adalah salah satu tugas orang tua. Hal tersebut juga menjadi kewajiban bagi orang tua agar sang buah hati tidak terjerumus dalam lembah nista. Banyak hal yang harus menjadi perhatian dalam mendidik anak, selain memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, anak juga harus dididik dalam hal moral dan tata krama.

Minggu, 17 November 2013

République Française: Mon Rêve, Paris: Ma Destination

Ini soal mimpi, semoga terbukti, Tuhan yang jadi saksi.

Perancis, particulièrement Paris adalah sebuah mimpi besar yang aku idam-idamkan. Sebuah kota representasi kedamaian dunia, dimana cinta dan cita menyatu menjadi melodi indah, sebuah tata kota yang unik dan menarik untuk dikunjungi.

Bahasa Perancis, atau français, dikenal sebagai bahasa romantis yang elok dituturkan. Dapat mempelajari Bahasa Perancis adalah sebuah kebanggaan bagiku, apalagi kalau bisa menguasainya.

Perancis adalah negara yang menjadi salah satu saksi kejayaan Islam di Andalusia, dimana perjuangan keras akhirnya dibayar dengan kemenangan. Aku ingin menjadi sosok yang selalu bekerja keras untuk menggapai mimpi-mimpi besarku, menikmati hasil perjuanganku.

Perancis, kaulah ranah impian
pusat peradaban
Je vais y aller
Semoga Tuhan meridloi
Amiin.

Sabtu, 16 November 2013

Pena Sederhanaku

Kulukiskan pelangi di atas awan
dengan pena sederhana
kurangkaikan kata riang
menyambung hingga bersenandung
bernyanyi indah di relung jiwa
pula dengan pena sederhana



Kurajut cerita-cerita puitis
untuk meringingi hidup dan kehidupan
Kisah-kisah haru, suka, dan duka
pula dengan pena sederhana

Mimpi-mimpi itu kubangun nyata
kugantungkan di depan mata
hingga asa tak akan terkikis
oleh kelamnya rasa
dalamnya samudra
bahkan semua coba dan goda


Kini kudalami makna
sebuah pena sederhana
dimana rasa tak mampu menyela
kecewa sudah biasa
Namun dengan pena sederhana
mampu kulukis cerita
merajut asa
membangunkan tidur untuk meraih mimpi-mimpi


Pena sederhanaku telah kugoreskan
membuat pola-pola indah
kusebut dengan cinta
berkawal dengan pecinta
kawan-kawan sederhana
kawan-kawan setia
***
<Pemenang Puisi Mingguan RRI Semarang Pro 2, Minggu IV November>

Rabu, 30 Oktober 2013

Perjalanan Mahasiswa Part III: The End of The Story

Waktu terasa berjalan begitu cepat. Terlalu banyak kisah untuk diungkap, terlalu panjang untuk diulas.

Menjalani masa-masa menjadi mahasiswa seperti yang aku jalani memang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Aku dapat melewati lika-liku belajar di jurusan Teknik Industri Universitas Diponegoro. Melewati masa orientasi di semester awal, semester 2 yang penuh dengan kenyamanan, berbanding terbalik dengan semester 3 yang penuh dengan rintangan, kebangkitan pada semester 4, aktualisasi pada semester 5 dan 6, semester 7 yang mulai turun semangat, dan semester 8 yang penuh dengan tantangan.

Mungkin tak terbayangkan, ketika mengingat kata-kata kakak kelasku sewaktu SMA yang menyarankanku agar tidak kuliah di Semarang lantaran terbatasnya ruang untuk beraktualisasi. Namun, aku rasa hal itu tidak berlaku bagiku. Kini telah kubuktikan, semua itu tergantung pada individu masing-masing. Dan Tuhan Maha Adil, maka akan datang rahmatNya di mana pun berada. Di Undip, aku bisa memperoleh banyak hal. Aktif dalam organisasi mahasiswa, menjadi wakil ketua himpunan mahasiswa, menjadi asisten laboratorium, memperoleh beasiswa unggulan dengan segala bentuk fasilitasnya, menjadi salah satu delegasi training di luar negeri, dan segala bentuk aktivitas dan banyak hal yang aku peroleh selama masa kuliah. Hal itu cukup membuktikan bahwa aku mampu dan bisa mendapatkan itu semua.

Semarang memang bukan kota idaman bagiku. Teriknya matahari, sampah yang berserakan, sungai-sungai yang penuh dengan limbah, serta polusi membuatku tidak nyaman di kota ini. Namun, kini Semarang telah merubah banyak pemikiranku. Aku merasa nyaman sekarang di kota ini. Di samping kota yang mulai berbenah, di sini aku juga telah banyak mengukir banyak hal. Setiap sudut kota memberikanku cerita yang akan selalu indah untuk dikenang.

Separuh masa kuliahku aku habiskan bersama keluarga baruku, keluarga kecil yang tinggal di sebuah asrama TNI di Jangli. Mereka adalah keluarga dari ayahku, dan bagiku mereka adalah ayah, ibu, kakak, serta adik-adikku sendiri. Mungkin banyak yang bertanya kenapa aku bisa betah tinggal bersama mereka di rumah sempit dan berjajar-jajar itu. Bahkan mungkin pula tidak patut disebut rumah karena semua keterbatasan yang ada. Namun, ternyata kasih sayang itu merubah segalanya. Segala kekurangan menjadi kelebihan, segala beban menjadi tantangan, segala ketidaknyamanan tak menjadi penghalang, itu semua yang aku rasakan.

Asrama Ex Brigif V D/6 RT 05 RW 06 Jangli Banyumanik Semarang

Sabtu, 12 Oktober 2013

Horog-Horog: Si Kenyal dan Gurih dari Jepara

Horog-Horog dan Sate Cecek
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman kuliner. Berbagai macam makanan dan jajanan khas tersebar di berbagai penjuru daerah di nusantara. Salah satunya adalah horog-horog. Makanan khas dari Bumi Kartini, Jepara, Jawa Tengah.

Mendengar nama horog-horog mungkin masih terasa asing di telinga. Selain itu namanya juga terdengar aneh. Namun, siapa sangka, makanan berbahan dasar tepung aren ini justru sangat nikmat dan gurih sehingga banyak diminati semua kalangan. Horog-horog mempunyai tekstur kenyal, berwarna putih bening, dan sedikit asin. Makanan tersebut juga merupakan salah satu alternatif makanan pokok pengganti nasi sebab kandungan karbohidratnya cukup tinggi.

Proses pembuatan horog-horog pun relatif rumit, perlu proses berulang dari pencucian, pengeringan, penggorengan, serta pengukusan sehingga memperoleh horog-horog bercita rasa gurih. Dalam proses pembuatan horog-horog pun harus memperhatikan faktor kebersihan, sebab kalau tidak bersih, horog-horog juga terlihat kotor dan mudah basi. Mitos yang berkembang, bahwa dalam proses pembuatan horog-horog, si pembuat juga harus mempunyai hati yang bersih, sebab apabila dalam kondisi marah dan tidak ikhlas, maka horog-horog yang dibuat akan tidak enak.

Kamis, 26 September 2013

Simpler is Better: Cerita Singkat Menuju Sarjana

Perjalanan Mahasiswa Part II

Mungkin jika dibandingkan dengan yang lain, tugas akhirku tak ada apa-apanya. Tak ada rumus atau model yang rumit, tak ada uji statistik yang sulit, yang ada hanya analisis. Begitu sederhana. Tapi aku sangat bangga bisa membuatnya.

Ketika masuk semester VI, aku mengikuti mata kuliah “Lean Manufacturing System”, pengampunya Bu Ninik, sekretaris jurusan Teknik Industri. Dalam sela-sela mengajar, beliau menyinggung soal tugas akhir. Beliau mengatakan akan lebih baik membuat tugas akhir dengan tema yang baru, menurut beliau TA-TA yang ada di RBTI
(Ruang Baca Teknik Industri) itu sudah banyak yang basi, setiap tahun mahasiswa hanya mencontoh tugas akhir punya senior-seniornya, jarang sekali ada mahasiswa yang berani melakukan terobosan.

Pesan singkat itu membuatku memikirkan sesuatu. 2 hal yang aku rencanakan untuk tugas akhirku besok. Yang pertama, aku berniat untuk lebih santai saat mengerjakan tugas akhir nanti. Memang niat ini sedikit nakal, di saat yang lain ingin cepat-cepat selesai aku justru ingin berlama-lama. Aku ingin memanfaatkan waktu “luang”ku itu untuk “bersenang-senang”. Bagaimana tidak, kuliah di TI memang banyak menyita waktu. Ditambah aku aktif di beberapa organisasi kampus. Aku ingin bisa memantapkan bahasa inggrisku di Pare, aku juga berencana ikut student exchange, atau ikut magang di perusahaan di luar negeri. Bagiku selain bisa mendapatkan ilmu, kegiatan tersebut juga sangat menyenangkan, karena bisa jalan-jalan aka travelling aka piknik. Rencana yang kedua ialah mengambil tema yang unik dalam tugas akhirku besok sehingga aku tak perlu repot-repot “nyontek” kerjaan senior-seniorku. Aku ingin sesuatu yang beda. Meskipun aku tahu, resikonya mungkin aku akan sedikit kesulitan sebab tidak ada yang bisa dicontekin, terutama soal metode.

Selasa, 17 September 2013

Perjalanan Mahasiswa Part I

“Keyakinan seolah seperti indera keenam, melahirkan keajaiban”
Aku menentukan pilihanku sendiri dan Tuhan menyertai. Kuikuti alur mainnya. Dia membawaku ke sebuah cerita, penuh lika-liku, jalannya juga naik dan turun. Namun harus kulalui.

Sekitar empat tahun yang lalu, saat ramainya seleksi penerimaan mahasiswa baru tiba. Lewat PMDK atau seleksi tanpa tes yang hanya mengandalkan nilai rapor sampai semester V dan UM atau ujian tertulis secara regional. Sampai menjelang tes-tes UM dan PMDK beberapa universitas yang masuk ke sekolahku tiba, aku belum mempersiapkan apa-apa. Aku mencoba jalur PMDK UNS dengan memilih jurusan Teknik Arsitektur, tapi tidak diterima. Kucoba lagi jalur PMDK Undip dengan memilih jurusan Teknik Industri, tapi juga tak diterima. Dua kali gagal membuatku urung untuk menjadi seorang engineer, impianku sejak kecil karena lekatnya sosok Bung Karno sebagai insyinyur, tokoh idolaku waktu itu. Ketika UM Unnes dibuka, aku mencoba memilih jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Pendidikan Bahasa Jawa, keduanya kupilih karena aku juga penyuka sastra dan juga budaya. Menjadi seorang guru bagiku tak apa, pekerjaan yang mulia, mendidik para siswa. Namun, ibuku rupanya kurang setuju. Tepat di hari pengumpulan, aku batalkan niatku.

Hari itu UM Undip dan UGM dibuka, pendaftaran dengan deadline hampir bersamaan. Jujur aku masih ingin menjadi seorang insyinyur, yang terbayang hanya gelar itu. Aku memutuskan untuk memilih Teknik Arsitektur, tapi rupanya ibuku juga kurang setuju dengan berbagai alasan untuk menolaknya, termasuk juga keluargaku yang tiba-tiba jadi ikut-ikutan memberikan saran. Hanya Bapak waktu itu yang setuju. Sampai tibalah hari terakhir pendaftaran. Aku pergi ke warnet, sendirian. Bingung memutuskan berbagai pilihan jurusan, yang pasti teknik tentunya. Namun, yang jelas aku sudah memblack list beberapa jurusan, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, dan Teknik Elektro, adalah alasannya. Aku cari informasi yang berkaitan dengan jurusan-jurusan selain ketiga jurusan itu. Mencoba meminta saran ke kakak-kakakku yang notabene sudah pernah menjadi mahasiswa pun sia-sia, tak ada masukan yang berarti, semua dikembalikan padaku. Memang sih, sebelumnya di keluargaku tidak ada yang mengambil jurusan teknik, kebanyakan mengambil pendidikan, kesehatan, atau TNI/Polri. “Dasar nggak kreatif”, dalam benakku. Akhirnya, setelah berbagai pertimbanganku sendiri kuputuskan Teknik Industri dan Keperawatan sebagai pilihanku dalam ikut UM Undip, dan Farmasi, Teknik Industri, dan Keperawatan dalam ikut UM UGM. Kalau tidak diterima di teknik, paling tidak aku bisa mengikuti jejak keluargaku, mungkin rejekiku memang di situ. Dalam hatiku, “Semoga Tuhan percaya padaku kalau aku lebih kreatif”.

Ibu melarangku untuk kuliah keluar dari Jawa Tengah. Alasannya, satu, aku anak terakhir dan tidak boleh jauh-jauh, takut kalau-kalau ada apa-apa. Yang kedua, khawatir kalau kangen. Sebenarnya itu hanya analisaku. Ibu tak pernah bilang alasannya. Tapi ibu hanya memberikan gambaran, “Kalau kuliah di Jakarta, biaya mahal, kehidupan sangat keras. Ibu pernah beberapa tahun tinggal di sana bersama budhe. Kalau di Surabaya atau Malang, banyak orang baik di sana, tapi orang tak baik pun tak kalah jumlahnya. Kalau baik, baik sekali, kalau tidak, maka akan sangat rusak”. Kurenungi kata-kata ibu. Kalau Bapak memang cenderung tidak memberikan batasan dan masukan, karena Bapak memang mempercayakan semua padaku, asal aku siap dengan segala resikonya. Begitu memang cara bapakku mendidik anak-anaknya.

Minggu, 15 September 2013

Semangat untuk Keluarga Baru TI'13

Hari jumat kemarin aku diminta oleh Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Himpunan Mahasiswa Teknik Industri untuk memberikan materi dalam acara yang mereka selenggarakan untuk para mahasiswa baru angkatan 2013. Acara akan dilaksanakan hari sabtu dan aku baru diberi tahu melalui pesan singkat pada jumat siang setelah sholat jumat. Awalnya permintaan itu sempat aku tolak dengan berbagai alasan, karena terlalu “tua”lah untuk mengisi acara, atau aku yang menginginkan agar pembicara dari angkatan 2010 atau 2011 saja sebagai bentuk regenerasi. Karena aku tak mau dikatakan sebagai pengkader yang gagal sebab sampai sekarang belum bisa melahirkan pembicara di jurusan sendiri. Padahal ketika masih menjabat sebagai pengurus himpunan, akulah yang menginisiasi menyelenggarakan acara Intensive Class Training bagi adik-adik staff dengan materi Good Public Speaking, baik sebagai Speaker maupun sebagai Master of Ceremony.

Aku didaulahi memberikan materi tentang organisasi, dan ternyata itu adalah materi pembuka pada jam 8.30 pagi. Jam segitu terlalu pagi bagiku yang notabene sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Sabtu pagi biasanya kugunakan untuk bersepeda atau bermalas-malasan di depan laptop, menonton televisi, atau membaca buku. Tidak seperti dulu ketika masih ada jam kuliah, sabtu pagi harus sudah berada di kampus untuk praktikum, atau memang karena ada kegiatan.

Salah satu alasan kenapa masih aku yang diminta menjadi pembicara adalah karena menurut para panitia aku memang salah satu contoh mahasiswa Teknik Industri yang mempunyai riwayat pengalaman organisasi yang cukup bagus. Padahal bagiku masih banyak orang lain, terutama teman-temanku seangkatan, yang mempunyai riwayat organisasi bahkan prestasi yang jauh lebih baik dariku. Dalam pikirku juga mungkin karena akulah salah satu senior yang tiada segan untuk dimintai tolong sebab aku memang dekat dengan para juinorku itu. Tapi tak mengapa, bagiku ini suatu kepercayaan dari adik-adikku, aku pun harus bisa memberikan contoh kepada mereka kalau mahasiswa aktivis harus siap kapan saja ketika dimintai tolong, apalagi sebagai pembicara yang memang sudah menjadi salah satu pekerjaan mahasiswa aktivis. Dan ini juga sebagai ajang bagiku untuk mengenal adik-adik baruku sekaligus memberikan sedikit pesan bagi mereka.

Rabu, 11 September 2013

Menjadi Generasi yang Punya Malu

Perhatikan baik-baik video di bawah ini, dengarkan dan cermati dengan seksama.


Sebagai Bangsa Indonesia, dan khususnya sebagai Orang Jawa, terlebih yang notabene sama-sama generasi muda harusnya kita malu dengan kondisi kita sekarang. Lihat saja, pemeran-pemeran drama di atas kebanyakan adalah pemuda, dalam hal ini adalah mahasiswa asing, yang datang dari luar negeri dan bukan orang pribumi. Namun, mereka mampu mengerti dan menggunakan Bahasa Jawa dengan baik dan benar. Bahkan kalau kita teliti, Bahasa Jawa yang digunakan merupakan Basa Krama (Krama Alus atau Krama Inggil) dimana bahasa tersebut mempunyai tingkatan paling tinggi dalam Bahasa Jawa, biasanya dituturkan antar orang yang saling menghormati atau antara anak kepada kedua orang tuanya atau orang yang dituakan.

Tentu kita sadar, fenomena yang terjadi selama ini. Di Jawa, khususnya di Jawa Tengah, banyak anak-anak yang kemampuan bahasa kramanya sangat kurang, sehingga dalam bertutur kata kepada kedua orang tuanya atau kepada orang-orang yang dituakan, seperti guru dan sebagainya, mereka justru menggunakan bahasa ngoko, dimana bahasa tersebut terkesan kasar, biasanya dituturkan kepada sesama, seumuran, atau orang yang sudah saling akrab. Atau sebagai pengganti bahasa krama, mereka menggunakan bahasa Indonesia agar terkesan sopan dan tetap menghormati. Entah siapa yang salah dalam hal ini. Orang tua yang tidak mengajarkan bahasa krama kepada anak-anaknya, atau memang sang anak yang terkesan kurang sadar dan peduli terhadap tata krama sehingga acuh tak acuh dengan tingkatan bahasa sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua. Dan terkadang berbeda cerita dengan kehidupan masyarakat urban yang tinggal di kota-kota besar, mereka lebih senang mengajarkan anaknya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari supaya terlihat modern atau ingin praktis saja karena tidak perlu menghapalkan banyak kosa kata.

Namun, perlu diingat, baik Bahasa Jawa maupun bahasa daerah yang lain merupakan bahasa ibu yang perlu kita lestarikan. Bahasa daerah merupakan khasanah dan kekayaan bangsa kita yang juga tak ternilai harganya. Bahasa ibu tersebut juga menunjukkan jati diri kita sebagai bangsa timur yang mengedepankan sopan santun dan tata krama. Oleh karena itu, alangkah baiknya mulai dari sekarang kita biasakan diri kita menggunakan bahasa ibu, dan khusus Orang Jawa gunakanlah bahasa krama sebagai alat komunikasi dengan orang yang lebih tua yang harus kita hormati. Kalau kita hormat, orang lain juga akan menghormati kita, apalagi kedua orang tua kita.

Selasa, 10 September 2013

Berbakti Kepada Orang Tua

Tadi malam aku mendapatkan jarkom dan ajakan dari seorang teman untuk mengikuti aksi besar-besaran di Simpang Lima Semarang. Bagaimana tidak besar sebab aksi kali ini merupakan aliansi dari berbagai ormas dan ormawa Islam di Kota Semarang. Aksi tersebut rencana mengusung beberapa hal, yang salah satunya ialah penolakan terhadap acara pemilihan Miss World yang sekarang sedang berlangsung di Nusa Dua Bali. Sebenarnya untuk hal ini aku sendiri kurang setuju, meskipun tidak sering mengikuti pemberitaannya dan secara pribadi memang aku kurang suka dengan acara sejenisnya. Namun, aku lebih mengambil nilai positif yang tentunya akan menguntungkan, terutama bagi promosi pariwisata di Indonesia. Bagaimanapun sektor pariwisata menurutku lebih menguntungkan baik secara sosial ekonomi maupun sosial budaya dari pada sektor industri manufaktur yang sekarang sedang berkembang yang justru banyak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan.

Namun, bukan poin tersebut yang akan aku bahas sekarang. Selama empat tahun menyandang gelar sebagai mahasiswa dan turut aktif berperan serta sebagai mahasiswa aktivis, bahkan sempat pula diberikan amanah menduduki posisi penting dalam lembaga mahasiswa, tetapi selama itulah aku belum dan mungkin tidak akan pernah merasakan “nikmatnya” aksi demonstrasi. Sebenarnya ketika mendapat pesan singkat dari seorang teman, yang sampai semester akhir seperti sekarang dia masih menjabat sebagai seorang petinggi ormawa, aku sempat berpikir untuk ikut dalam aksi yang akan berlangsung nanti dengan alasan sebagai “pelengkap” kiprahku sebagai mahasiswa. Namun, seketika aku langsung teringat dengan pesan ayahku dimana beliau melarang keras aku untuk tidak ikut serta dalam kegiatan aksi mahasiswa. Dalam telaahku pribadi ada beberapa faktor yang menyebabkan beliau melarangku untuk ikut aksi turun ke jalan. Dengan aksi yang biasa di media-media dikabarkan berjalan secara anarkis yang berujung bentrok antara mahasiswa dengan aparat, mungkin membuat ayahku merasa khawatir dengan keselamatan anak laki-laki satu-satunya ini. Atau mungkin karena ada alasan lain yang membuat ayahku berkali-kali meneleponku memastikan bahwa aku sedang tidak ikut serta ketika ada aksi yang berlangsung di Semarang. Yang pasti ayah memang melarang semua anaknya untuk ikut turun ke jalan saat demonstrasi berjalan. Namun, aku senang bahwa hal itu adalah salah satu bukti bahwa ayahku mencintai putra-putrinya.

Senin, 05 Agustus 2013

Jalan dari Tuhan

Waktu menunjukkan pukul 04.30. Setelah bangun, aku bergegas ambil air wudlu dan bersiap pergi ke masjid. Ku kayuh sepeda tuaku menuju masjid yang berjarak sekitar setengah kilo dari rumah. Selama dalam perjalanan, kutemui beberapa orang yang sudah mulai beraktivitas. Kutemui seorang petani, kusapa lalu dibalasnya dengan senyum, kusapa seorang nelayan lalu dibalasnya dengan sapaan pula.

Sesampainya di masjid, kupakirkan sepedaku. Terlihat di seberang, sebuah gereja. Kebetulan di desaku masjid dan gereja saling berhadapan, hanya terpisah oleh jalan kecil beraspal. Kulihat, seorang lelaki sedang menutup pintu gereja. Sepertinya ia akan pergi. Tak lama, kupalingkan perhatianku untuk segera masuk ke dalam masjid.

Di dalam masjid kulihat masih sepi, hanya seorang lelaki tua dengan tasbihnya, kurasa ia sedang berzikir dengan khusyuk. Aku melangkah menuju mimbar. Karena sudah waktunya azan, aku pun berinisiatif mengambil mikropon untuk mengumandangkan azan, berseru kepada umat untuk bangkit kepada Penciptanya. Namun, belum sempat aku mengambilnya, seorang lelaki paruh baya menyelaku, dengan senyum berisyarat ia yang akan mengumandangkan azan. Maka dengan ikhlas hati kupersilakan ia, mungkin itu menjadi tugasnya pagi ini.

Rabu, 24 Juli 2013

Allah is (still) with Me


Hari ini adalah ramadhan ke-15 yg aku jalani di tahun ini, dan alhamdulillah berbarengan dengan peringatan hari lahirku yang ke-22. Meski sedih karena umur dan kesempatanku telah banyak berkurang, tetapi syukur kehadirat Allah SWT yang selalu mencurahkan rahmatNya kapan dan dimana pun aku berada.

Selasa, 23 Juli kemarin, aku dan Mbak Diyan beserta si kecil Radhit berangkat ke Jepara dengan mobil travel. Aku ngga nyangka kalau permintaanku ke ibu bakal dipenuhi hari itu. Sesampainya di rumah, ternyata semua makanan dan ubo rampe telah siap saji. Menjelang maghrib, tamu undangan yang tidak lain adalah kerabat sendiri mulai berdatangan, termasuk Kiai Uzair bersama keluarga. Kelima kakakku beserta suami dan anak-anaknya juga turut hadir. Terkumpul kira-kira 40 orang di ruang tengah, dimulai dengan salam, doa, tausiah, kemudian ditutup dengan berbuka bersama.

Rasa senang waktu itu tidak terbendung. Subhanallah, wal-hamdulillah, wa Laa ila ha illallah, wallahu akbar.

Renunganku berlanjut dengan 22 tahun yang sudah Allah amanahkan untukku. Aku yang senang dengan kalimat "Sekali Hidup Berarti, Setelah itu Mati" kini tersentak. Sejauh ini apa yang sudah aku lakukan, apa yang sudah aku persembahkan bagi Tuhanku, keluarga dan saudaraku, lingkungan, serta untuk diriku sendiri? Semoga waktu yang tersisa ini cukup untukku memperbaiki diri dan mampu menyuguhkan hal-hal terbaik yang bisa aku lakukan, sehingga berarti 'tak hanya sekedar mimpi.

Hopes and dreams will remain there to accompany and provide a sense for life and living. Accountability for the afterlife that awaits.

Selasa, 23 Juli 2013

Mengenang GeKAES

Habis lihat video teasernya GeKAES XVII Smansara di Youtube jadi keinget kenangan zaman dulu. Ngga terasa sudah 6 tahun berlalu, tetapi masih meninggalkan kenangan indah yang membekas sampai sekarang.

GeKAES XII 45th Smansara's Anniversary

Sedikit info tentang GeKAES atau Gebyar Kreasi Apresiasi dan Ekspresi Seni, adalah serangkaian acara yang dilaksanakan oleh OSIS SMAN 1 Jepara dalam rangka merayakan hari jadi sekolah. Pada mulanya GeKAES dilaksanakan oleh pengurus OSIS 96/97 yang kala itu selain sebagai ajang pertunjukan dan seni, juga mengusung misi untuk mengkritik sistem sekolah yang dipandang kurang baik. Alhasil GeKAES yang pertama itu dapat memberhenti-tugaskan salah seorang guru yang dianggap diktator. Semenjak itu GeKAES secara resmi dijadikan sebagai ajang bagi para siswa dan guru untuk memperingati hari jadi sekaligus sebagai sarana refreshing dan penyaluran bakat, terutama di bidang seni.

Senin, 22 Juli 2013

Damba CintaMu

Inilah lirik sebuah lagu yang dilantunkan oleh grup vokal asal negeri Jiran, Raihan. Dalami maknanya sebagai renungan buat kita, sekaligus sebagai introspeksi diri. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung dengan selalu terbukanya pintu hidayahNya. Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tuhanku ampunkanlah segala dosaku
Tuhanku maafkanlah kejahilan hambaMu
Ku sering melanggar laranganMu
Dalam sedar ataupun tidak
Ku sering meninggalkan suruhanMu
Walau sedar aku milikMu
Bilakah diri ini 'kan kembali
Kepada fitrah sebenar
Pagi kuingat petang kualpa
Begitulah silih berganti
Oh Tuhanku,
Kau pimpinlah diri ini
Yang mendamba CintaMu
Aku lemah aku jahil
Tanpa pimpinan dariMu
Ku sering berjanji di depanMu
Sering jua ku memungkiri
Ku pernah menangis keranaMu
Kemudian ketawa semula
Kau pengasih
Kau penyayang
Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkah ku kepadaMu
Seribu langkah Kau padaku
Tuhan,
Diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
Kutakut kepadaMu
Ku mengharap jua padaMu
Mogaku 'kan selamat dunia akhirat
Seperti rasul dan sahabat
Seperti rasul dan sahabat

Jumat, 19 Juli 2013

Bersabar dalam Cobaan


Setiap manusia menjalani hidupnya masing-masing bukan tanpa masalah. Dalam kehidupannya Allah menurunkan coba sebagai rahmat dan menunjukkan kecintaan Allah kepada umatNya.

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya) maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Allah SWT berfirman

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan 'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3)

Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa selain sebagai tanda cinta Allah kepada hambaNya, Allah memberikan cobaan juga sebagai sebuah ujian dan tanda bukti bahwa makhluk tersebut benar-benar beriman atau akan ingkar dengan berpaling dari Tuhannya. Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus, tapi sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadarkannya.
Namun, kita lantas tak boleh gentar sebab di balik semua ujian dan cobaan yang diberikan Allah, terkandung khasanah yang dapat kita petik, di antaranya dengan ujian Allah akan menaikkan derajat kita dan sekaligus sebagai penggugur dosa.

Rabu, 17 Juli 2013

Olahan Laut: Cumi Asam Manis

CUISINE. Puasa pertama kemarin aku dapat kiriman makanan dari Ibu di kampung. Alhamdulillah, meskipun tidak bisa menikmati buka puasa pertama di rumah, tapi kiriman masakan Ibu cukup untuk menggantinya. Yang dikirim Ibu adalah menu andalan yang biasanya disajikan untuk tamu special, misal saat ada tamu dari Bapak atau saat teman-teman kampusku main ke Jepara, ya This is Cumi Asam Manis ala Bu Bakri. Menurut teman-temanku masakan cumi ala ibuku sangat lazis, dan menu tersebut yang bikin mereka kangen dan ingin main lagi ke rumah. Saat aku share di Path, banyak juga teman yang merespon dan ingin sekali dibuatkan. Dan salah satu teman (karena belum pernah merasakan masakan Ibu) pengin bisa ikutan masak. Atas pertanyaan itu, aku bertanya ke Ibu, dan ini bocoran resep yang cetar membahana itu.

Photo will be uploaded soon

CUMI ASAM MANIS: SAUS NANAS
Bahan dan bumbu:
Beberapa bahan dan bumbu dapur yang harus disiapkan adalah
1.    Cumi segar (lebih cocok untuk cumi ukuran sedang)
2.    Buah nanas setengah matang
3.    Cabe merah
4.    Cabe rawit
5.    Bawang merah
6.    Bawang putih
7.    Bawang Bombay
8.    Gula pasir
9.    Garam
10. Saus tomat
11. Minyak goreng
12. Air
13. Daun jeruk

Cara memasak:
1.    Bersihkan cumi dari kotoran dan tintanya
2.    Kupas nanas dan potong-potong
3.    Uleg bumbu-bumbu: bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, dan garam
4.    Panaskan minyak goreng dalam wajan secukupnya
5.    Masukkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan ditambah irisan bawang Bombay, gongso sampai wangi
6.    Masukkan air, saus tomat dan gula pasir, tunggu sampai mendidih
7.    Masukkan cumi dan potongan nanas, tunggu sampai masak
8.    Masukkan daun jeruk yang sudah dihilangkan rangka daunnya
9.    Tips untuk mengolah cumi: Jangan memasak cumi terlalu lama sebab semakin lama terkena panas cumi akan mengeras seperti karet.

Mudah bukan? Oke. Itu saja yang bisa aku share. Semoga bermanfaat. Selamat mencoba!

Alternatif menu lain untuk olahan cumi adalah pindang cumi dan cumi bakar sambal mangga.

Senin, 15 Juli 2013

Renungan Kehidupan 1

Kehidupan ini sangatlah rumit di mata kita. Alur dan jalannya cerita terlalu berlika-liku penuh dengan sandi dan rahasia. Terlepas dari cerita yang sudah ditakdirkanNya, hidup ini sarat akan peristiwa, kadang mereka-reka bagai drama. Cerita cinta, persahabatan, nurani, dan harapan, terkadang harus diselingi intrik dan taktik.

Saat ini mungkin kita bisa tertawa lepas dengan teman sepermainan, tapi siapa sangka karena masalah sepele, esok kita bisa menjauh dari mereka. Kita berdiam tanpa saling teguran. Lalu kita mengadu dengan seorang sahabat yang setia mendengar keluhan kita. Kita menangis dengan makian, menggerutu sampai lupa waktu.

Belum lagi perkara cinta. Ceritanya serasa rumit untuk dijalani. Kalau tak berjalan terasa hampa, kalau berjalan lama-lama cukup menyiksa. Ada kesetiaan, pengorbanan, kejujuran, tapi tak lepas dari penghianatan, keangkuhan, dan kezaliman. Siapa yang merasa hebat, dia akan memenangkan permainan cinta. Parahnya, keharmonisan justru bisa menjadi peperangan karena cerita cinta.

Jalan ini kita yang menentukan. Setiap masalah dan cobaan selalu bisa diselesaikan. Masalah datang untuk diselesaikan, bukan dihindari. Menghindar dari masalah hanya menunda sampai terjadi ledakan masalah yang lebih besar lagi. Justru dengan adanya masalah, kita akan diantarkan kepada titik kedewasaan, menuju derajat posisi yang lebih tinggi.

Sesuatu yang sulit adalah keikhlasan. Sesuatu yang berat adalah bersabar. Namun, bersabar bisa menjadi ringan dengan ikhlas. Dan kesulitan untuk ikhlas bisa menjadi mudah dilakukan dengan bersyukur. Bersyukur adalah hal mudah. Kita hanya harus melihat sekitar, menengok kondisi orang-orang di sekeliling kita. Banyak orang yang untuk bertahan hidup saja kesusahan, apalagi memikirkan perkara cinta dan persahabatan. Dan terkadang, kita terlalu disibukkan dengan kedua urusan tersebut sehingga lupa untuk bersyukur, yang mampu meringankan beban menjadi sabar, dan mengubah kesulitan menjadi keikhlasan.


Sabtu, 13 Juli 2013

Pria - Pria Kontrakan

Belalang – salah satu kota kecil di Provinsi Tanah Lapang. Berdiri dengan megah sebuah akademi keteknikan, sebuah kampus yang menyimpan cita-cita dan harapan pemuda-pemudi negeri Sabang. Di sanalah para pria lajang dikumpulkan, dipupuk untuk menjadi tulang punggung negeri Sabang yang kata orang gemah ripah loh jinawi. Maka dari itu, pendidikan menjadi bekal ke depan, untuk kemajuan dan kesejahteraan.

Ini sebuah kisah persahabatan, terjalin hubungan pertemanan antara pria-pria Kampus Harapan. Dipertemukan lewat instansi pendidikan, perjalanan hari-hari mengenyam pendidikan akhirnya mereka lalui bersama. Pria-pria tersebut adalah Adam, Vian, Hendra, dan Iman, mahasiswa teknik Kampus Harapan.



Semester Baru. Hari itu cuaca begitu cerah di Kota Belalang. Keempat pria tersebut terbangun dari tidurnya masing-masing. Udara segar berhembus menyambut dengan riang. Sekarang mereka sudah berada dalam satu rumah kontrakan. Itulah mengapa mereka disebut Pria-Pria Kontrakan.

Pagi itu semuanya berkumpul di ruang tengah, mereka sedang bersiap-siap membersihkan rumah yang baru saja mereka tempati. Sapu, ember, lap pel, dan berbagai alat kebersihan lainnya sudah siap di tangan. Mereka saling bahu membahu membersihkan rumah kontrakan yang dalam beberapa tahun ke depan akan mereka tempati bersama sembari menyelesaikan tugas mereka untuk memperoleh gelar diploma. Hari itu menjadi hari yang sibuk, sebab setelah bersih-bersih rumah, siangnya mereka akan pergi ke pasar untuk membeli segala kebutuhan untuk rumah kontrakan.


Hari kedua. Pagi itu menjadi pagi yang indah bagi Pria-Pria Kontrakan. Karena hobi dalam memasak, Vian dan Iman sibuk mengerjakan sesuatu di dapur. Mereka berdua sedang menyiapkan sarapan, menu pagi itu adalah nasi goreng, tentu dengan resep spesial. Sementara di tempat lain, Adam dan Hendra sibuk menyapu lantai dan halaman. Setelah semua beres, mereka berkumpul di ruang tengah untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Hal itu menjadi rutinitas untuk hari-hari ke depan.

Cita Rasa Asia: Thailand Vs Korea

Makanan Asia telah dikenal banyak orang, dan mulai mendunia sejak awal abad XX. Chinese Food, Japanese Food, Arabian Food dan Indian Food sudah dikenal sejak dulu, dan mudah ditemui di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika dan Eropa. Ada lagi masakan Melayu (termasuk Indonesia) yang sudah mulai dikenal, bahkan nasi goreng dan rendang memperoleh posisi tersendiri sebagai makanan terenak di dunia, meskipun sejarah nasi goreng tidak bisa terlepas dari masakan orang Tionghoa. Kini ada lagi masakan dari negara Asia yang mulai populer bahkan sudah mulai menjamur, yaitu Thailand dan Korea. Kemajuan kedua negara tersebut terutama untuk destinasi wisata yang membuat kebudayaan keduanya makin dikenal, termasuk kulinernya.

Sekarang aku akan membahas tentang serba-serbi masakan khas kedua negara tersebut. Kebetulan beberapa hari ini, aku dan teman-temanku lagi sering iseng hunting masakan khas Thailand dan Korea. Namun, sebelumnya aku minta maaf karena tidak semua masakan bisa aku review sebab baru dua resto yang khusus menyajikan makanan khas tersebut yang aku datangi, Phuket (khusus masakan khas Thailand) dan Dok Do (ex.Dae Jang Geum) untuk masakan khas negeri gingseng. Di Semarang sendiri memang belum banyak warung-warung atau resto yang khusus menjajakan masakan khas keduanya. Dan bagiku sendiri tidak bisa sering-sering datang untuk sekedar mencicipi karena faktor “value” yang berat di kantong.