Senin, 05 Januari 2015

Mengawali Tahun Baru dengan Berbagi Inspirasi

Menyambut kedatangan Mba Histor
Awal tahun 2015 ini aku sangat bersyukur. Mendapat kesempatan libur panjang yang aku manfaatkan untuk kembali ke kampung halaman, Jepara. Dalam agenda dadakan ini, aku tidak sendirian, tapi bersama si Rian dan si Azmi.

Kebetulan salah seorang teman yang baru kukenal di Jakarta secara tidak sengaja sedang berkunjung ke Jepara, mengajak seorang lagi. Historina, wanita asli Lampung yang sekarang bekerja di Kedutaan Jepang, dan Mas Fauzan aka Ojan, seorang arsitek freelancer. Mereka adalah bagian dari penggiat Kelas Inspirasi. Agendanya adalah memberikan inspirasi di rumah – rumah singgah. Pada kesempatan kali ini, Mba Histor beserta Mas Ojan memanfaatkan libur panjang mereka untuk berbagi inspirasi di Rumah Baca di Kopeng Salatiga dan Rumah Belajar Ilalang (Rumah Belalang) di Kecapi Jepara.

Hari Jumat pagi, 2 Januari 2015, aku dan Mba Histor janjian bertemu di Pantai Kartini. Aku tidak sendirian, aku ajak Taqwa, keponakanku. Sebenarnya yang aktif berkomunikasi dengan Mba Histor adalah si Rian. Pagi itu ternyata selain Rian, ada dua orang kawan lamaku, Eriz dan Sirot. Dua orang seniman muda ini yang akan mengantarkan kami menuju rumah Mas Hasan di Kecapi yang sekaligus sebagai basecamp kedua Rumah Belajar Ilalang. Just info, sebenarnya Rumah Belajar Ilalang pertama kali didirikan di Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji, seiring berkembangnya waktu, Mas Hasan dan para Ranger (sebutan untuk aktivits Rumah Belalang) membuka “cabang” di Kecapi.
Nameplat Rumah Belajar Ilalang
Sesampainya di Basecamp Rumah Belalang, kami disambut oleh Mas Hasan. Lalu kami diijinkan masuk dan bertemu dengan adik-adik. Meskipun hari libur, tapi jumlah adik yang datang hanya sedikit yaitu 7 orang. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat kami.

Sesi pertama adalah perkenalan. Tak kenal maka tak sayang. Kami mulai dulu, lalu dengan malu-malu para adik memperkenalkan diri dengan gaya masing-masing.

Sesi selanjutnya adalah sesi inti, yaitu bercerita tentang profesi kami masing-masing. Tujuannya supaya adik-adik bisa mengetahui bermacam-macam profesi atau pekerjaan, mengetahui aktivitas yang kami lakukan dalam pekerjaan itu, proses bisnis perusahaan, serta tahu bagaimana kami bisa mendapatkan posisi pekerjaan tersebut.

Perkenalan pertama dibuka oleh Mba Histor, bekerja di Kedutaan Jepang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Bagaimana tidak, Historina merupakan sarjana Fakultas Kelautan Universitas Padjajaran. Namun, berkat kemampuan Bahasa Inggrisnya yang bagus, serta pengetahuan dan pengalamannya yang luas dengan pernah beberapa kali berkunjung ke luar negeri, akhirnya Histor mampu seperti saat ini. Bekerja di Kedutaan Jepang membuat Historina dapat bekerja sama dengan banyak orang Jepang dan mengenal lebih dalam kebudayaan mereka. Selain itu, yang lebih menarik, Histor juga punya kesempatan untuk berkunjung ke negeri sakura. Dalam perkenalan tersebut, Mba Histor mengenakan pakaian khas Jepang yang biasa dipakai saat event-event khusus, bernama Hapi.

Dari Mba Histor, sesi inspirasi selanjutnya aku yang melanjurkan. Diikuti Rian yang bercerita pengalaman kerjanya di Ashahi, Sirot yang meskipun masih melanjutkan studinya tetapi seniman ini mampu bercerita dengan apiknya tentang pengalaman- pengalaman ketika main teater, dan ditutup oleh Mas Ojan, arsitektur lulusan ITB yang sering memperoleh banyak proyek.

Giliran Sadam berbagi Inspirasi
Awalnya kami pikir kunjungan kami semata-mata untuk memberikan inspirasi buat adik-adik di Rumah Belalang. Namun, mendengar penjelasan dari Mas Hasan, ternyata adik-adik itu juga berhasil memberikan inspirasi buat kami. Mereka ada yang jago menari bahkan sampai juara nasional di Jakarta, membawakan tarian khas Daerah Jepara, yaitu tari Kridajati, ada yang jago berakting, baca puisi, dan berbagai kesenian lain. Ada pula yang menjadi juara polisi cilik. Inilah hidup, kita saling mengisi dan memberi inspirasi. Aku sendiri jadi teringat quote dari salah satu teman, “Bahwa setiap orang yang aku temui selalu menginspirasiku” (Pratita Saraswati).

Sesi terakhir, Mba Histor mengajak adik-adik untuk dapat bermimpi dengan menggantungkan cita-cita setinggi langit dan berusaha keras menggapainya. Mba Histor meminta adik-adik, termasuk kami, untuk menuliskan cita-cita kami, kemudian dibacakannya satu per satu dan yang lain mengamini.

Aku sendiri penasaran dengan cita-cita Si Taqwa, ternyata dia ingin menjadi Game Maker. Subhanallah, ternyata keponakanku ini mampu berpikir dewasa. Kesukaannya bermain game, dan kadang aku pun harus meladeninya dengan berbagai obrolan seputar game yang aku sendiri tidak tahu apa bentuknya, tetapi dia berani menjadikan hobinya itu menjadi sebuah cita-cita yang positif. Bangga.

Foto bersama Mas Hasan dan Adik-adik Rumah Belalang

1 komentar: