Sabtu, 05 April 2014

Merantaulah

"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti saudara dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang."
(Imam Syafi'i)

Ada banyak alasan mengapa aku lebih memilih pekerjaan yang sekarang ketimbang menetap di kampung halaman. Meskipun di sana, aku bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih cukup. Meskipun di sana aku bisa memperoleh kenyamanan karena masih tinggal dan bergantung dengan kedua orang tua. Tapi aku mengingingkan yang lebih dari itu. Yang aku inginkan adalah tantangan hidup, pembelajaran tentang banyak hal yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan.

Jakarta, kota ini jauh berbeda dengan Jepara. Tak perlu bicara soal lingkungannya, manusianya apalagi, sangat berbeda. Banyak kutemui orang-orang yang, maaf, bajunya lusuh, seorang ibu dan anak yang tertidur pulas di lorong jembatan busway. Seorang anak kecil yang membawa karung untuk mengangkut sampah-sampah dengan sandang yang compang-camping tak karuan, sedangkan yang lain berbaju dinas, rapi dan wangi, parasnya bersih dan menawan. Kesemrawutan Kota Jakarta tak perlu aku ceritakan lebih lanjut, hampir semua orang sudah mengetahuinya. Sudah menjadi rahasia umum.

Namun, kerasnya Jakarta justru memberikanku banyak pelajaran tentang kehidupan. Secara pribadi, aku terlatih untuk bisa lebih mandiri. Dan aku juga berharap, jiwa sosialku semakin bertambah ketika dihadapkan dalam kenyataan hidup yang penuh dengan ketimpangan sosial seperti ini.

"3 perbuatan yang paling mulia adalah: Kedermawanan di saat sempit harta, menjauhi perbuatan dosa di saat sendiri, dan berkata jujur dihadapan orang yang ditakutinya" (Imam Syafi'i)

Aku percaya bahwa siapapun yang menanam kebaikan maka ia akan menuai hasil kebaikannya itu. Di Jakarta ini, aku dipertemukan dengan banyak saudara dan kerabat baru. Mereka sangat baik padaku. Bahkan orang yang sebelumnya tidak pernah kukenal pun berlaku demikian. Ia begitu peduli dengan diri dan keselamatanku. Tak hanya dengan tutur kata dan nasihatnya, juga dengan perbuatannya.

Percayalah, masih banyak orang baik yang hidup di dunia ini. Sekeras apapun, dia masih punya hati dan perasaan yang bisa luluh dengan kebaikan. Maka, tebarkanlah kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar