Selasa, 10 September 2013

Berbakti Kepada Orang Tua

Tadi malam aku mendapatkan jarkom dan ajakan dari seorang teman untuk mengikuti aksi besar-besaran di Simpang Lima Semarang. Bagaimana tidak besar sebab aksi kali ini merupakan aliansi dari berbagai ormas dan ormawa Islam di Kota Semarang. Aksi tersebut rencana mengusung beberapa hal, yang salah satunya ialah penolakan terhadap acara pemilihan Miss World yang sekarang sedang berlangsung di Nusa Dua Bali. Sebenarnya untuk hal ini aku sendiri kurang setuju, meskipun tidak sering mengikuti pemberitaannya dan secara pribadi memang aku kurang suka dengan acara sejenisnya. Namun, aku lebih mengambil nilai positif yang tentunya akan menguntungkan, terutama bagi promosi pariwisata di Indonesia. Bagaimanapun sektor pariwisata menurutku lebih menguntungkan baik secara sosial ekonomi maupun sosial budaya dari pada sektor industri manufaktur yang sekarang sedang berkembang yang justru banyak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan.

Namun, bukan poin tersebut yang akan aku bahas sekarang. Selama empat tahun menyandang gelar sebagai mahasiswa dan turut aktif berperan serta sebagai mahasiswa aktivis, bahkan sempat pula diberikan amanah menduduki posisi penting dalam lembaga mahasiswa, tetapi selama itulah aku belum dan mungkin tidak akan pernah merasakan “nikmatnya” aksi demonstrasi. Sebenarnya ketika mendapat pesan singkat dari seorang teman, yang sampai semester akhir seperti sekarang dia masih menjabat sebagai seorang petinggi ormawa, aku sempat berpikir untuk ikut dalam aksi yang akan berlangsung nanti dengan alasan sebagai “pelengkap” kiprahku sebagai mahasiswa. Namun, seketika aku langsung teringat dengan pesan ayahku dimana beliau melarang keras aku untuk tidak ikut serta dalam kegiatan aksi mahasiswa. Dalam telaahku pribadi ada beberapa faktor yang menyebabkan beliau melarangku untuk ikut aksi turun ke jalan. Dengan aksi yang biasa di media-media dikabarkan berjalan secara anarkis yang berujung bentrok antara mahasiswa dengan aparat, mungkin membuat ayahku merasa khawatir dengan keselamatan anak laki-laki satu-satunya ini. Atau mungkin karena ada alasan lain yang membuat ayahku berkali-kali meneleponku memastikan bahwa aku sedang tidak ikut serta ketika ada aksi yang berlangsung di Semarang. Yang pasti ayah memang melarang semua anaknya untuk ikut turun ke jalan saat demonstrasi berjalan. Namun, aku senang bahwa hal itu adalah salah satu bukti bahwa ayahku mencintai putra-putrinya.


Ayah memang berpesan sejak lama, berawal dari masa SMA, pemberangkatanku menuju perantauan menjadi mahasiswa, dan berulang sampai sekarang. Bahkan ketika aku meminta izin untuk maju mencalonkan diri sebagai wakil ketua bem fakultas, ayah juga berpesan demikian, dan itu menjadi satu-satu syarat dari ayah. Dalam hatiku berkata, mungkin kalau aku terpilih menjadi wakil ketua bem, aku adalah satu-satunya pemimpin ormawa yang tidak mau turun ke jalan untuk aksi. Sedikit menggelikan memang. Dan ternyata Allah berkehendak lain, aku tidak terpilih dan justru diamanahkan untuk menjadi tim litbang, semacam HRD di perusahaan.

Di balik “kekurangan”ku menjadi mahasiswa aktivis dengan tidak pernah ikut serta dalam aksi mahasiswa, tetap ada kebanggaan karena aku masih menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Satu kalimat yang menjadi peganganku adalah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, “Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua, dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua”. Apabila teringat kalimat tersebut, perintah orang tua bagiku seperti sebuah titah dan peraturan yang tidak bisa dilanggar. Selagi aturan tersebut baik dan benar serta bermanfaat bagiku pribadi, aku tidak akan melakukan negoisasi. Sama seperti aturan dari orang tua yang tidak memperbolehkan putra-putrinya berpacaran selama masih berada di bangku sekolah. Bagiku, selain memang dilarang dalam ajaran agama, ternyata dengan tidak berpacaran dapat memberikan banyak manfaat bagiku.

Pesan yang ingin aku sampaikan adalah berbaktilah kepada kedua orang tua. Dengarkan segala perkataan dan jalankan perintah mereka sebagai salah satu bukti ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan berbakti kepada orang tua semasa menjadi seorang anak, kelak akan ada balasan dimana anak-anak kita juga akan berbakti kepada kita. Ingatlah bahwa sesungguhnya merekalah yang sudah membesarkan kita dengan kasih sayang. Dan ketahuilah bahwa Allah merahmati kita salah satunya dengan keberadaan mereka. Semoga Allah meridhoi langkah kita yang mulia.

1 komentar:

  1. Stlh aku simak dgn mata n isi kepala secara menelusur. Penuhlah kalimat dlm hati sy kalau pilhan terbaik pd hakikatnya ingat pd komitmen yg terbaik dr yg terbaik. Dan disokong oleh martabat pendidikan yg baik dr keluarga maupun lingkungan setelahnya.
    Baiklah org tuamu menyarankan hal itu, krn org tua berpengalaman dlm mengatur managemen prilaku anaknya sebelum kurun waktu mereka berkembang.
    Greath Job To your parents. Prediksi dan mental mereka lebih tajam disaat tak terduga.

    BalasHapus