Rabu, 09 Maret 2016

Fakta - Fakta dalam Fenomena Gerhana Matahari Total

Courtesy of Google


Setelah gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di Indonesia pada tahun 1983, kini fenomena serupa terulang kembali setelah 33 tahun lamanya. Hanya saja kali ini tempat terjadinya GMT tersebut sedikit bergeser, kalau pada 1983 berpusat di Jawa bagian utara seperti Jepara, Kudus, dan Lamongan, sekarang beralih ke Indonesia bagian timur, yaitu di pulau Kalimantan dan Sulawesi, dan puncaknya berada di kawasan Mikronesia.

Sebagai orang yang masih minim pengetahuan ada banyak hal yang menjadi pertanyaan buatku tentang fakta-fakta fenomena alam yang luar biasa ini. Mari kita sama-sama mengkaji dan aku akan berbagi sedikit informasi yang didapatkan.

Karena pada 1983 puncak GMT juga meliputi daerah Jepara dan sekitarnya, jadi cukup banyak orang yang bernostalgia dan sedikit bercerita tentang suasana saat terjadinya GMT waktu itu, termasuk kedua orangku. "Kala itu langit menjadi gelap, orang-orang tidak diijinkan keluar oleh pemerintah. Dan banyak binatang berbunyi keras, ayam-ayam pun berkokok.", tutur Bapakku.

Di salah satu media online, seorang wartawan asal Jakarta yang ikut meliput berita di Pantai Bandengan juga mewartakan bahwa terdengar suara burung, jangkrik, dan hewan-hewan lain bersaut-sautan di gelapnya siang hari itu.

Dan di tahun 2016 ini meskipun aku sendiri tidak mendengarkan ayam-ayamku berkokok, tetapi sejumlah media di televisi memberitakan bahwa hewan-hewan di sejumlah kebun binatang menunjukkan perilaku aneh. Seperti lumba-lumba di Taman Safari mengeluarkan hormon stres dan merasa ketakutan sampai berenang hingga dasar kolam. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, hanya sampai proses gerhana usai.

Dalam kepercayaan Jawa kuno, gerhana matahari dipercayai terjadi karena Batara Kala sedang memakan matahari. Berbarengan dengan hal itu dipercayai akan terjadi bala yang menimpa masyarakat. Kepercayaan seperti ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu dari India. Dan tak berbeda jauh dengan kepercayaan orang Tiongkok bahwa gerhana matahari terjadi karena matahari dimakan oleh naga. Untuk itu, orang-orang Jawa, Hindu di India, serta orang-orang Tiongkok melakukan hal yang sama yaitu berdoa kepada Tuhan agar diberikan keselamatan serta membuat bunyi-bunyian agar si "Pemakan" matahari takut dan segera melepaskan santapannya. Beberapa daerah di Indonesia pun masih melestarikan prosesi tersebut.

Dalam kepercayaan Islam, diriwayatkan dalam sebuah hadits sebagai berikut 


عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”

Dalam ilmu astronomi dijelaskan bahwa terjadinya gerhana matahari disebabkan oleh bumi, bulan, dan matahari berada pada satu titik dimana bulan berada di tengah-tengah antara bumi dan matahari sehingga pada belahan bumi tertentu cahaya matahari tertutupi oleh bulan. Itulah yang dinamakan gerhana.

Dalam dunia modern seperti sekarang, mayoritas beranggapan bahwa fenomena terjadinya sebuah gerhana adalah hal yang biasa, tidak berdampak besar. Hanya saja fenomena alam yang luar biasa ini tidak datang dalam waktu yang singkat, butuh paling tidak lebih dari 350 tahun untuk dapat melihat gerhana matahari total di titik yang sama sehingga perlu diabadikan. Maka tak heran saat gerhana matahari total ini tiba, banyak orang berbondong-bondong mengabadikan momen langka tersebut. Bahkan, aktivitas melihat gerhana ini menjadi salah satu bentuk wisata.

Yang menjadi pertanyaan, jika fenomena ini hanya fenomena alam yang biasa saja, tetapi mengapa makhluk-makhluk lain di bumi ini seperti memberikan pertanda? Tidak ingatkah kita tentang cerita tsunami di Aceh yang menewaskan puluhan ribu umat manusia? Sebelum tsunami terjadi, hewan-hewan berbondong-bondong hijrah ke arah bukit, mencari tempat yang lebih tinggi. begitu juga dengan bencana yang lain seperti gempa di Jogja.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba hambaNya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah."

Sahabat, dalam keyakinanku, gerhana ini bukanlah fenomena alam yang biasa saja dan sering terjadi begitu saja. Tapi dalam hal ini terdapat sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan kepada umatNya. Melalui gerhana tersebut Allah SWT menunjukkan kemahakuasaanNya. Maka ingatlah pesan para ulama untuk selalu sadar terhadap setiap momen atau masa. Tentu kita tak ingin hancur begitu saja kan karena tidak peka terhadap masa atau era? Ini cara lain yang dilakukan Tuhan untuk berkomunikasi dengan hambaNya. Maka mari kita renungkan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar