Sabtu, 13 Juli 2013

Cita Rasa Asia: Thailand Vs Korea

Makanan Asia telah dikenal banyak orang, dan mulai mendunia sejak awal abad XX. Chinese Food, Japanese Food, Arabian Food dan Indian Food sudah dikenal sejak dulu, dan mudah ditemui di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika dan Eropa. Ada lagi masakan Melayu (termasuk Indonesia) yang sudah mulai dikenal, bahkan nasi goreng dan rendang memperoleh posisi tersendiri sebagai makanan terenak di dunia, meskipun sejarah nasi goreng tidak bisa terlepas dari masakan orang Tionghoa. Kini ada lagi masakan dari negara Asia yang mulai populer bahkan sudah mulai menjamur, yaitu Thailand dan Korea. Kemajuan kedua negara tersebut terutama untuk destinasi wisata yang membuat kebudayaan keduanya makin dikenal, termasuk kulinernya.

Sekarang aku akan membahas tentang serba-serbi masakan khas kedua negara tersebut. Kebetulan beberapa hari ini, aku dan teman-temanku lagi sering iseng hunting masakan khas Thailand dan Korea. Namun, sebelumnya aku minta maaf karena tidak semua masakan bisa aku review sebab baru dua resto yang khusus menyajikan makanan khas tersebut yang aku datangi, Phuket (khusus masakan khas Thailand) dan Dok Do (ex.Dae Jang Geum) untuk masakan khas negeri gingseng. Di Semarang sendiri memang belum banyak warung-warung atau resto yang khusus menjajakan masakan khas keduanya. Dan bagiku sendiri tidak bisa sering-sering datang untuk sekedar mencicipi karena faktor “value” yang berat di kantong.


Aku sadar, aku tidak bisa menilai cita rasa sebuah masakan tanpa resto yang “menaungi”-nya. Sama-sama nasi goreng, tentu beda rasa antara versi Mang Udin sama versi ibu di rumah. Oleh sebab itu, review kali ini akan membahas mengerucut masakan Thailand versi Phuket dan masakan Korea versi Dok Do.

Phuket Resto merupakan restoran waralaba khas Thailand yang sudah dibuka di berbagai kota di Indonesia, di Jawa Tengah bisa ditemukan di Jogja, Semarang, dan Solo. Di Semarang sendiri bisa ditemukan di Jalan Dr.Wahidin sebelum SPBU Candi dari arah Banyumanik. Meskipun mengusung masakan khas Thailand, tetapi aku menemukan makanan khas negara lain di sana, yaitu Roti Naan India, dan sempat bingung sebenarnya roti tersebut berasal dari mana.

Beberapa masakan yang aku cicipi antara lain roti naan susu ala Phuket, ayam goreng wijen, ayam panggang thailand, ayam goreng sambal bangkok, ayam kari merah, kwetiau padthai, nasi sapo ayam, dan tak ketinggalan Tom Yam Seafood. Ayam goreng wijen adalah ayam goreng berbumbu yang ditaburi wijen dengan kremes rasa keju, menurut aku dan teman-teman rasanya mirip onde-onde rasa ayam. Pendampingnya ialah sambal khas yang berasa pedas dan asam pekat. Ayam panggang Thailand selayaknya ayam panggang biasa, full daging dengan saus khas yang manis. Kwetiau padthai selayaknya kwetiau biasa, tetapi bumbu khas Thailand begitu kental. Kwetiau yang digunakan lebih mirip dengan kwetiau Jakarta. Ayam kari merah bisa lebih tepat disebut ayam kari instan, karena bumbu karinya seperti bumbu kari instan. Cabai merah yang digunakan menyebabkan bumbu kari berwarna merah. Nasi sapo ayam sangat mirip dengan rice bowl, saus tomat kental terasa. Sedangkan tom yam seafood mempunyai rasa rempah yang kuat, kuah asam pedas, dan selain udang dan cumi, terdapat pula beberapa kerang ijo di dalamnya. Menurutku dari beberapa masakan tersebut bisa dirangking sebagai berikut.
1.      Roti Naan ala Phuket
2.      Tom Yam Seafood
3.      Ayam Kari Merah
4.      Nasi Sapo Ayam
5.      Kwetiau Padthai
6.      Ayam Goreng Sambal Bangkok
7.      Ayam Goreng Wijen, terakhir
8.      Ayam Panggang Thailand

Dengan memesan kedelapan menu tersebut, ditemani delapan botol kecil air mineral, satu gelas jeruk manis, dan satu gelas teh Thailand kami menghabiskan Rp 250.000,00.

Untuk masakan khas Korea kami memilih Dok Do yang berarti Pulau Dok yakni pulau indah di perbatasan Korea dan Jepang. Sebelumnya nama restoran ini adalah Dae Jang Geum. Namun, sekitar awal Juli namanya diganti menjadi Dok Do. Restoran ini terletak di Jalan Si Singamangaraja, sederetan dengan Hotel Grand Candi.

Beberapa dish yang kami cicipi adalah Bibimbap, Sundubu Jjigae, Tteokgalbi, dan Tteokbokki. Bibimbap merupakan nasi campur berisi sayur, jamur, daging sapi, telur, dan taburan nori. Dalam penyajiannya juga ditemani dengan saus pedas bernama gochujang. Sundubu Jjigae adalah sup kuah pedas berisi tahu korea, kerang, telur, dan jeodgal (makanan fermentasi dari berbagai hasil laut). Tteokgalbi adalah daging sapi panggang berbumbu, disajikan dengan jamur dan mie khusus (semacam mie soun). Di Korea sendiri, tteokgalbi biasanya disajikan menggunakan daging babi. Sedangkan tteokbokki mirip dengan pempek Palembang, terbuat dari tepung beras dibumbui dengan sambal gochujang, terdapat pula lembaran pasta ikan dalam campurannya. Untuk keempat masakan Korea tersebut aku tidak bisa memberikan rangking karena semuanya mempunyai rasa yang enak.

Di Dok Do Resto, selain dish, pengunjung juga diberikan appertizers dan desserts. Appertizer yang diberikan berupa kacang-kacangan, acar (termasuk Kimchi), sayur-sayuran, kerang, dan tahu. Terdapat tujuh macam makanan yang disajikan. Kami juga diberikan satu pitcher teh secara gratis. Untuk dessert diberikan minuman yang terbuat dari bahan kayu manis dan jahe, es krim, dan buah-buahan. Ada pula gratisan 1 cup nasi dan 2 potong ikan goreng. Untuk semua jenis menu, tax, dan servis, kami harus membayar Rp 344.000,00.


Dari kedua jenis masakan khas Asia tersebut, secara keseluruhan aku lebih suka masakan Korea. Meskipun baru pertama mencoba, tapi rasanya lebih nyaman di lidah. Namun, keduanya mempunyai persamaan rasa, yaitu asam manis atau asam pedas dengan cirri khas bumbu berwarna merah. Dari pada Anda penasaran bagaimana rasa kedua jenis masakanan khas negara tetangga tersebut, aku sarankan untuk segera mencobanya.

Bibimbap

Sundubu Jjigae

Tteokbokki

Tteokgalbi
Photo by Riko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar